Karena listrik belum juga menyala, akhirnya Kezia hanya bisa mandi dengan bantuan cahaya redup dari senter.Setelah keluar dari kamar mandi, kamar terasa kosong, hanya ada dirinya. Seketika, dia merasa diri sendiri sangat menyedihkan. Rumah sebesar ini, tetapi tak ada satu pun orang yang menemaninya.Suaminya juga entah ke mana, bahkan tidak meneleponnya. Semakin dipikirkan, Kezia semakin kesal. Pria itu terlalu kekanak-kanakan. Setiap kali ada konflik, selalu perempuan yang harus mengalah.Namun, tak ada pilihan. Siapa suruh dia berada di posisi yang lemah? Yang bisa Kezia lakukan hanya terus-menerus mengalah.Dia menghela napas dalam hati. Sambil berpikir, dia mulai bertanya-tanya, apa perlu meneleponnya? Menanyakan apakah dia sudah makan malam?Toh dia sudah berkali-kali mengalah, mengalah sekali lagi juga tak masalah. Dengan niat seperti itu, Kezia mulai mencari ponselnya.Tiba-tiba ....Duar! Suara guntur terdengar dari langit. Kezia terkejut sampai lemas, pucat, dan telapak tanga
Read more