Dipikir-pikir lagi, Anders memang sudah beberapa kali membantunya, jadi memang sudah seharusnya dia mentraktir pria itu makan.Setelah menimbang sejenak, Kezia memutuskan untuk memenuhi ajakan tersebut.Tiga puluh menit kemudian, di Jalan Damaru, Kezia mengeluarkan ponselnya untuk menelepon Anders."Halo, Pak Anders, kamu di mana?""Coba lihat ke belakang."Hah? Belakang? Jangan-jangan dia ada di belakangnya?Kezia langsung menoleh. Seketika, matanya silau karena sebuket besar mawar merah. Dia pun menunjuk pria yang memegang bunga itu sambil melotot. "Pak Anders, ini ...."Anders mengangkat bunga di tangannya. "Bunga untuk sang jelita. Kenapa?"Kezia sungkan menerimanya, tersenyum kaku. "Kita 'kan cuma makan malam biasa, ngapain bawa bunga? Aku jadi sungkan.""Kalau begitu, biar aku pegang dulu. Nanti kamu bawa pulang ya?" Selesai berkata begitu, Anders menunjuk mobil di dekat mereka. "Ayo, aku sudah pesan tempat."Karena tak bisa menolak kebaikannya, Kezia pun naik ke mobil. Saat ini
อ่านเพิ่มเติม