Villa pribadi milik krluarga Candra, hujan belum benar-benar berhenti. Kabut tipis menyelimuti lereng-lereng pinus, membuat udara di luar terasa beku. Di dalam vila tua bergaya kolonial itu, hanya satu ruangan yang menyala, cahaya lampu kuning redup memantul di lantai marmer, menciptakan bayangan panjang yang bergoyang pelan. Rayzen duduk di kursi kulit, kakinya bersilang santai, segelas wine merah di tangan kanan. Api kecil dari perapian menari-nari di depan wajahnya, menciptakan sorot hangat yang kontras dengan tatapan matanya yang dingin. Di depannya, Aurelia. Gadis muda itu meringkuk di lantai kayu, tangan dan kaki terikat kuat dengan tali nilon. Pipinya basah oleh air mata, rambutnya berantakan, bibirnya gemetar tak henti. “Kenapa kamu melakukan ini…?” suaranya serak, nyaris tidak terdengar. “Apa salahku padamu?” Rayzen tertawa kecil, nada tawanya ringan, tapi di baliknya ada kebencian yang begitu dalam. Ia meneguk wine-nya perlahan, lalu meletakkan gelas itu di meja marmer
Last Updated : 2025-10-18 Read more