Matanya sembab, rambutnya kusut, tetapi tubuhnya tetap memesona. Damian berdiri di dekatnya, tak berkata-kata. Ia hanya menatap, tatapan pria yang sudah tahu apa yang akan terjadi, dan tidak perlu bertanya.Riri melangkah mendekat. Tanpa bicara, tanpa isyarat. Ia hanya meraih wajah Damian, menariknya ke dalam ciuman yang hangat, pelan lalu dalam dan mendesak. Lidah mereka saling mencari, saling menekan, saling menghibur luka yang tidak pernah bisa diobati kata-kata.Damian menarik tubuh Riri erat. Tubuh mereka menempel sepenuhnya.“Aku butuh ini…” desah Riri.“Dan aku akan memberikannya,” balas Damian, suaranya serak,“Aku benci semuanya,” bisik Riri, “Tapi aku butuh kamu.”Damian tak menunggu lebih lama. Ia mencium Riri dalam-dalam. Ciuman mereka kasar, lapar, penuh kemarahan yang tak bisa ditumpahkan pada siapa pun. Ciuman yang menyapu semua logika, semua ragu. Hanya mereka, dan siang yang terpantul di kaca tinggi gedung pencakar langit.Tangan Damian menyusup ke balik blouse Riri,
Last Updated : 2025-08-06 Read more