Kana berdiri kaku di depan Sabrina. Rahangnya mengeras, seolah menahan kata-kata yang tak pernah berani keluar. Dalam detik itu, ia justru berbalik, melangkah ke minibar. Tangannya meraih botol wine merah, membuka tutupnya kasar, lalu meneguk panjang langsung dari leher botol.Cairan pekat itu menetes dari sudut bibirnya, meninggalkan jejak di dagu. Ia menunduk, menarik napas berat, seolah memaksa semua keraguan dan rasa bersalahnya larut dalam alkohol.Sabrina berdiri di belakangnya, tubuhnya gemetar, antara takut dan berharap. “Kana…” suaranya hampir patah.Kana meletakkan botol dengan hentakan. Pundaknya naik turun, sebelum perlahan ia berbalik. Tatapannya masih redup, lelah, tapi kali ini ada kobaran yang sulit dibohongi.Tanpa berkata apa-apa, ia melangkah cepat. Tangannya kasar mencengkeram pinggang Sabrina, menyeret tubuh wanita itu hingga menempel di dadanya. Bibirnya menubruk bibir Sabrina, keras, penuh frustasi.Sabrina terperanjat, tapi detik berikutnya ia melebur, mencengk
Last Updated : 2025-08-18 Read more