Suara dering ponsel membelah keheningan kamar hotel, nyaring dan berkali-kali, seolah memaksa kesadaran yang masih tenggelam dalam sisa-sisa malam yang hangat untuk bangkit. Riri menggeliat pelan dalam pelukan Damian. Tubuhnya masih lemas, seakan baru saja larut dalam mimpi yang terlalu nyata, namun dering itu tak juga berhenti. Hening sejenak… lalu berbunyi lagi, kali ini lebih mendesak. Dunia luar seolah mengetuk, menuntut mereka kembali menghadapi kenyataan.Damian mendesah berat, kepalanya yang bersandar di bahu Riri ikut bergerak. “Siapa?” tanyanya, suaranya serak, tangan masih melingkar erat di pinggang Riri.“Ponselku berdering, Damian. Mungkin penting,” jawab Riri, mencoba melepaskan diri.“Ini masih dini hari, sayang,” gumam Damian, suaranya malas dan berat. “Apa yang lebih penting dari tidur bersamaku?”“Lepaskan,” ucap Riri pelan tapi tegas. Ada kekhawatiran yang samar terselip dalam nadanya. “Aku takut ini soal Kana… atau Ayah…”Damian menatapnya beberapa detik, sorot mata
Huling Na-update : 2025-07-24 Magbasa pa