Rasanya ingin marah, tapi kok aku merasa tidak tahu diri, ya? Siapa lah aku yang mungkin bagi lelaki sekaliber Mahendra hanya persinggahan di waktu luang. Dia seperti paket lengkap, keren, pinter, dan berduit. Masih beruntung dia memperlakukan aku seperti kekasih seperti sekarang ini. Namun... dada ini lama kelamaan kok semakin sesak, ya?"Kita sarapan, yuk!" Mahendra yang sudah bersiap menunjukkan kunci mobil.Laki-laki ini memang bikin mata tidak berkedip. Tidak mandi dan hanya cuci muka saja sudah terlihat segar. Menggunakan celana cargo yang dipadukan dengan kaos lengan panjang, menjadikannya mata wanita enggan berkedip."Sebentar, Mas." Aku mengambil tas cangklong, mengeluarkan ikat rambut kemudian menggelung tinggi. "Ayok. Aku sudah siap.""Tunggu.""Ada yang ketinggalan?"Dia mendekat. Sorot matanya lekat ke arahku. Tubuhku menyurut ketika tangannya terulur. "Kenapa, Mas?""Diam sebentar, Dek. Jangan gini ngikatnya." Dia menarik ikat rambut dan mengikat ke bawah. Aku terkesiap
Terakhir Diperbarui : 2025-07-26 Baca selengkapnya