Aku dan Mahendra tersenyum bersama, ketika menoleh tiga orang penjaga toko serentak pura-pura sibuk. "Mas Hendra usil. Tidak malu apa sama mereka," ucapku sambil menyenggolkan siku ke arahnya. "Kenapa harus malu? Malu itu kalau kita bertengkar, ini kita kan bermesra-mesraan. Toh mereka bukan anak kecil. Yah, sudah maklum sama kita yang sedang jatuh cinta ini. Yang kami beli sudah disiapkan, termasuk bersama surat resmi yang dikeluarkan dari toko perhiasan ini. Berkali-kali mereka mengucapkan terima kasih, kemudian mengantar kami sampai pintu. "Duit memang mampu membeli penghormatan," bisikku sambil menggandeng kekasihku. Satu tangannya membawa belanjaan perhiasan tadi, tugasku mengapit lengannya. Bermanja-manja saja. Ini perbanding terbalik dengan kisahku saat bersama mantan suami. Ketika belanja, dia hanya mau menunggu di mobil. Tidak peduli betapa susahnya aku berebut belanjaan, atau keberatan menenteng tas. Sering kali aku protes. "Apa bedanya diantar suami atau dijemput
Huling Na-update : 2025-08-21 Magbasa pa