"Apa ini, Pak?""Oleh-oleh.""Buat Bibik?" Bik Yanti menerima besek bambu dengan mata berbinar. Senyumnya menyembang, tetapi surut ketika mendengar jawaban Mahendra. "Bukan, Bik. Ini untuk anak-anak yang jaga rumah." "Oh, saya pikir...."Mahendra tergelak kemudian meralat. "Untuk Bibik ada juga, kok. Ini," ucapnya sambil menunjuk besek satunya. Kembali senyumnya terbit. Wanita itu segera bergegas mengantarkan oleh-oleh itu kembali ke rumah."Ternyata seumur Bibik masih suka dengan oleh-oleh, ya?" "Iyalah, Dek. Sudah aku bilang, oleh-oleh itu bukan dilihat dari apa. Tetapi tanda kalau seseorang berada di ingatan. Itu suatu penghargaan dan seseorang merasa dihargai, lo."Aku mengangguk mengiyakan. Dulu Ibuk atau Bapak kalau dari rapat, arisan, atau acara lainnya, selalu menyisakan jajan untuk dibawa pulang. Entah itu lemper, onde-onde, atau jajan lainnya. Itu yang menjadi kesukaanku saat menyambut mereka pulang. Seakan membayar rasa sepi ketika ditinggal di rumah sendirian.Dari spio
Terakhir Diperbarui : 2025-08-28 Baca selengkapnya