Aku berpikir sejenak. Awalnya memang tidak mau cerita pada Fatir, tetapi apa boleh buat, sekarang Fatir bertanya dan aku memang butuh bantuannya. Tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi akhirnya aku pun bercerita. Fatir menyimak tanpa banyak bicara hanya sesekali mengusap wajahnya. "Sulit dipercaya, sih. Aku tahu bagaimana dulu kalian kompak, berjuang bersama dan saling support." "Hati manusia tidak bisa diprediksi, Mas. Apalagi aku, sulit menerima kenyataan ini. Tapi aku harus kuat untuk anak-anakku." "Aku setuju. Jangan pernah terpuruk, anak-anak butuh kamu, Ra. Aku siap bantu kalau kamu butuh bantuan. Jangan sungkan, ya." "Eum ... iya, Mas." "Oh iya, soal mobil itu, nanti aku carikan yang bagus. Simpan saja nomor ponsel kamu, nanti aku hubungi." "Jadi mobilnya tidak ready?" Padahal tadi kulihat ada beberapa mobil di showroom-nya. "Eum ... anu ... itu kurang bagus." Fatir menggaruk tengkuknya. Aku mengernyit dengan perubahan sikap Fatir sekarang. Seperti gugup dan canggu
Huling Na-update : 2025-06-17 Magbasa pa