Callista duduk di lantai dengan laptop terbuka di depannya, kaki terlipat rapi, sementara Adrian duduk di sofa di belakangnya, tangan bertumpu di lutut, memandang layar yang sama. Daftar nama calon undangan sudah terbuka. Beberapa di antaranya diberi tanda bintang, sebagian lain masih kosong.“Kalau kita mulai dari sini,” ujar Callista sambil menunjuk tiga nama teratas, “mereka bisa bawa lingkarannya sendiri. Nggak besar, tapi cukup buat bikin ruangan penuh.”Adrian mengangguk. “Aku setuju. Tapi jangan lupa, ini bukan soal jumlah orang. Ini soal siapa yang mau tetap di sini setelah acara berakhir.”Gadis itu mengetik pesan singkat untuk undangan pertama, lalu menatap Adrian. “Aku kirim sekarang?”“Kirim. Dan langsung ke yang kedua. Jangan kasih waktu terlalu lama buat mikir. Kalau terlalu lama, mereka bisa keburu dengar gosip dari luar.”Callista menekan tombol kirim, lalu langsung berpindah ke nama kedua. Jemarinya bergerak cepat, tapi m
Terakhir Diperbarui : 2025-08-09 Baca selengkapnya