Callista duduk di lantai, punggungnya bersandar ke sisi sofa, sementara Adrian duduk di atas sofa dengan kaki menjuntai, tangannya bermain di rambut gadis itu perlahan. Gerakan itu seperti tarikan napas panjang yang tidak pernah selesai—tidak terburu-buru, tidak memaksa, hanya ada rasa ingin membuat waktu berhenti di sini.“Kadang aku lupa,” ucap Callista lirih, suaranya nyaris seperti rahasia yang diselipkan ke udara, “bahwa sebelum semua ini… aku nggak pernah benar-benar dengar suara hatiku sendiri.”Adrian menunduk sedikit, tatapannya menelusuri wajahnya dari atas. “Dan sekarang?”“Sekarang… aku nggak cuma dengar. Aku juga berani jawab.”Senyum kecil muncul di bibir Adrian, tapi di matanya ada sesuatu yang lebih dalam—bangga, sekaligus takjub. “Itu yang bikin semua risiko kita nggak sia-sia.”Callista mengangkat kepalanya, menatap mata pria itu. Tatapan mereka bertaut lama, lebih lama dari yang seharusnya nyaman, tapi tak ada yang ingin memutusnya. “Kalau besok semuanya runtuh, kam
Terakhir Diperbarui : 2025-08-08 Baca selengkapnya