Kota Surya mulai berubah. Bukan dalam arti fisik, tapi dalam ingatan kolektif. Nama-nama seperti Karina, Dimas, Sima, Rani, Toyo, dan bahkan Aluna perlahan memudar dari percakapan orang-orang. Tak seorang pun ingat siapa yang membuka warung legendaris di gang sempit itu. Bahkan petunjuk di peta pun tak lagi menunjukkan jalur ke sana. Namun, warung itu tetap berdiri.Di dalamnya, kehidupan tidak berhenti.Karina bangun tepat pukul 03.33. Seperti biasa, ia tidak tidur. Tapi bukan karena ia gelisah, melainkan karena malam-malamnya sudah bukan miliknya. Ia duduk di bangku baris kedua, menyusun kembali halaman-halaman jurnal Mak Yayah yang kini telah ia sempurnakan sendiri dengan tulisannya. Di sana, ia menyebut dirinya hanya sebagai "K", dan menyebut warung ini sebagai "Tempat yang Tidak Bisa Dijelaskan, Tapi Harus Dijaga.""Kau menulis lagi?" suara berat Dimas terdengar dari arah belakang. Ia kini memakai apron kulit yang lusuh, tanda bahwa ia telah sepenuhnya menerima dirinya sebagai pe
Last Updated : 2025-08-07 Read more