Warung Kopi Dunia Bawah kembali sunyi setelah kejadian jam dinding. Tapi keheningan itu tidak lama. Sebab waktu, seperti kopi yang terus diseduh, tak pernah benar-benar selesai. Masih ada sisa-sisa yang mengendap di dasar cangkir. Dan malam itu, endapan itu kembali menguar.Langit malam di atas Kota Surya mendung, tapi tak menurunkan hujan. Awan menggantung berat, seolah menanti sesuatu. Di dalam warung, Sima, Rani, dan Karina duduk berdampingan, memandangi meja tengah yang kini bersih dari segala jimat pelindung. Mereka tahu, malam ini belum akhir.Dimas berdiri di dapur, membuat kopi sambil mengawasi cermin kecil di rak bumbu. Cermin itu—dulu milik seorang pelanggan dari dimensi cermin—memantulkan bukan dapur, tapi lorong lain. Sesuatu mulai mendekat dari dalam bayangannya."Jam dinding kita sudah disetel ulang. Tapi itu cuma satu bagian dari mesin waktu ini," ujar Rani perlahan. "Aku bisa rasakan... getaran dimensi lain mulai menyusup lagi."Sima mengangguk, menyesap kopinya. "Dan
Huling Na-update : 2025-08-03 Magbasa pa