Tous les chapitres de : Chapitre 51 - Chapitre 60

Begitu tiba di apartemen Tuan Ghazali langsung mengarahkan dirinya untuk duduk di sofa lalu mengambilkan segelas air. Kuterima gelas air darinya lalu meneguknya perlahan sementara ia memperhatikanku sambil berjongkok di hadapanku. "Kau baik-baik saja?" "Iya Mas." " Aku tidak ingin ucapan Ibuku mengganggu pikiran dan membuatmu tertekan, Aku menjadi lebih khawatir karena kau sedang hamil," ucapnya sambil menyentuh perutku. " Tidak apa-apa Mas, aku baik-baik saja," Jawabku sambil memaksakan senyum. " Maafkan ucapan ibuku ya maafkan juga tingkah Valeri tadi.""Iya tentu. Tapi bagaimana tadi di kantor Bagaimana dengan orang yang telah menyebarkan desain perhiasan.""Aku sudah menyerahkan dia ke kantor polisi mereka akan mengusut tuntas dan wanita itu.""Lalu bagaimana dengan kerugiannya?" "Itu bisa diatasi, aku memang mengeluarkan biaya besar untuk kampanye dan iklan, tapi kami sudah take down semua media kampanye. Butuh waktu beberapa bulan untuk mengembalikan modal yang hilang." A

Karena Mas Ghazali masih memiliki waktu bersamaku, malam ini setelah usai makan aku dan dia duduk di depan televisi sambil menikmati tayangan netflix, aku bersandar di bahunya dengan semangkuk brondong jagung rasa karamel sambil bercanda dan bermesraan. " Bagaimana pekerjaanmu apa semua baik?""Semuanya baik." Dia mengucapkan dengan menggenggam tangan dengan hangat. " Aku suka versi dirimu yang penuh perhatian dan hangat. Ini hal yang paling kubutuhkan dalam hidupku.""Syukurlah."" kau pergi ke mana sore tadi aku mencarimu di kantor untuk pulang bersama tapi ternyata kau sudah pulang duluan."" ada urusan sebentar.""Dengan siapa?""Aku pergi minum teh dengan beberapa temanku.""Kudengar kau tidak punya teman selain Rudi. Sejak kapan kau punya beberapa sahabat." Suamiku menggoda sambil mencubit kecil hidung ini. Aku merajuk tapi dia malah tambah gemas padaku dan memeluk diri ini dengan erat. Tring...Lalu ponselku berdenting selalu berdenting di saat aku dan Mas Ghazali sedang ber

Mengitari pusat perbelanjaan yang cukup luas ini membuatku sedikit pegal dan lelah, ini adalah mall terbesar di kotaku, mall dengan toko-toko barang branded, food court mewah dan serta fasilitas yang hanya cocok untuk orang kaya. Aku berkeliling dengan tas belanjaan di tangan, sambil menikmati minuman di tanganku yang lain. Ah, aku seharusnya minta asisten dari suamiku untuk membantuku membawa barang belanjaanku dan menemaniku berkeliling, tapi belum 2 bulan menikah, rasanya itu tidak pantas. Lalu kuambil waktu untuk duduk sebentar di sebuah kedai kopi, memesan camilan sambil bermain ponsel lalu memposting kegiatanku di sosmed. Terdengar norak, tapi aku sedang membagikan moment kebahagiaanku, jika orang memandangnya dengan mata yang iri, maka itu adalah urusan mereka, aku tak peduli, aku sedang memamerkan keberhasilanku menjadi orang kaya meski jalurnya adalah merebut Tuan Ghazali. Jika ada yang menyebutku tidak tahu malu... aku tidak peduli! anggap saja aku sedang menikmati k

Lalu aku dan ibu mertuaku yang dingin makan malam bersama denganmu set makanan Jepang yang luar biasa lezat. Bahkan aku bisa mencicipi makanan yang selama ini hanya kulihat dari layar TV. Nyonya Reiko tidak banyak bercerita dia hanya memuji makanannya dan menikmatinya sementara aku hanya memperhatikan satu kali mengangguk sambil mendengarkan perkataannya.Lalu tiba-tiba pintu kertas bergeser, Valeri yang cantik dalam balutan gaun berwarna biru masuk dari sana, melihat aku dan ibu mertua duduk berhadapan sambil minum Valeri terlihat menunjukkan gestur yang sangat sebal dan iri." Aku mencari Ibu ke mana-mana untuk acara peresmian tapi ibu malah makan secara privat dengan gundik ini."" Seiring dengan berjalannya usia aku sudah tidak tahan dengan keramaian urusan hiruk-pikuk pesta, orang-orang dan para pengusaha, aku serahkan padamu saja.""Tapi aku juga masih membutuhkan ibu... Kenapa Ibu memanjakan Arimbi. apa ibu senang dia hamil?""orang tua mana yang tidak senang kalau mereka akan

Sejak saat itu hubunganku dan anak-anak yang baik, aku tidak memaksakan diriku untuk berperan menjadi Ibu yang mengatur segalanya Tapi aku berusaha menjadi teman dan pendengar yang baik. Nyonya Valeri cukup lama berada di Singapura dan Eropa, Dia sedang melakukan riset dan mencari inspirasi untuk bisnis dan perhiasannya. Suamiku juga sibuk dengan rangkaian rapat dan pertemuan-pertemuan yang tidak ada habisnya. Akulah satu-satunya yang tampil untuk anak-anak, menemani mereka, mengantarkan mereka ke sekolah, menjemput mereka ke tempat les, juga menemani mereka makan, hampir 2 minggu aku menginap di rumah Nyonya Valeri tanpa wanita itu menyadarinya. Ketika kabar kepulangannya datang, aku berpamitan pada anak-anak dan kembali ke apartemen. Rasanya selama 14 hari bersama mereka membuat hatiku semakin dekat dan menyayangi anak kembar itu. Mereka juga anak-anak yang manis dan penurut, mudah diajak beribadah dan diajarkan pelajarannya. Selama 14 hari pula aku dan Tuan Ghazali tinggal di Mans