Hujan turun pelan, menetes di kaca depan mobil, menciptakan irama yang tak menenangkan. Jalanan sore itu padat, tapi keheningan di dalam mobil jauh lebih menyesakkan daripada suara klakson di luar sana. Anggi duduk bersandar di kursinya, menatap setir yang digenggam Diego kuat-kuat. Lelaki itu mengemudi dalam diam, wajahnya kaku, hanya diterangi cahaya lampu jalan yang melintas bergantian. Sejak mereka meninggalkan butik tadi, belum ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya. “Kenapa kamu di ruang ganti itu?” suara Anggi akhirnya pecah, pelan tapi tajam. Ia tak menatap langsung, matanya terpaku pada tetesan hujan di kaca jendela. “Aku cuma ingin tahu alasannya.” Diego tetap diam. Hanya suara wiper yang menyapu air hujan menjadi garis-garis tipis di kaca depan. “Jawab, Diego.” Nada Anggi meninggi sedikit, menahan emosi yang sudah mengganjal sejak tadi. “Jangan pura-pura tidak dengar.” Diego menarik napas pelan, matanya masih menatap lurus ke depan. “Aku cuma salah masuk. It
Last Updated : 2025-07-02 Read more