Orang ketiga.

Orang ketiga.

last updateLast Updated : 2025-11-24
By:  Desti Anggraini Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
24Chapters
1.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Keputusan menghadiri pesta ulang tahun temannya membawa Kiara pada kesalahan satu malam yang fatal. Kiara mencoba melupakan malam itu, tapi apa jadinya jika lelaki yang ia coba lupakan justru hadir sebagai suami dari sahabatnya yang telah lama tak bertemu. Kini, Kiara dihadapkan pada dilema yang menghancurkan. Haruskah ia mengungkapkan kebenaran dan menghadapi konsekuensi yang tak terduga, atau menyimpan rahasia ini, berharap waktu akan menghapus jejak dosa satu malam yang telah ia lakukan?

View More

Chapter 1

OK bab. 1

Selama dua puluh sembilan tahun hidup di dunia ini, Kiara tak pernah melakukan kesalahan. Semua yang berjalan tersusun rapi sesuai dengan keinginannya. Seorang wanita single dengan karier yang cemerlang, wajah cantik dan tubuh yang proporsional menjadi nilai lebih dalam dirinya.

Bangga? Tentu saja, Dia begitu mengagungkan apa yang ia miliki hingga satu malam yang menghancurkan kepercayaan dirinya.

Kiara bahkan tak tahu bagaimana caranya bernapas saat terbangun di samping sosok lelaki asing yang tak ia kenal.

Kegelapan masih menyelimuti kamar. Ia bahkan tak berani bergerak saat mata lentiknya mendapati sosok tubuh kekar yang berbaring di sampingnya, ia takut gerakan sekecil apa pun dapat membangunkan lelaki itu.

Napas Kiara terdengar dangkal, tubuhnya kaku. Apa yang sebenarnya terjadi? Kiara mencoba mengingat, mencari serpihan kejadian yang masih tersimpan di kepalanya. Penjelasan mengapa dirinya bisa ada di sana.

Sesaat pikirannya mengembara ke malam sebelumnya di mana ia menghadiri pesta ultah salah satu temannya di sebuah bar. Layaknya orang dewasa pada umumnya mereka bersenang-senang dengan meminum alkohol, sekedar untuk melepas penat setelah seharian bekerja.

Suara tawa, dentingan gelas, kebebasan yang terasa begitu menyenangkan. Kiara merasa seperti burung yang mengepakkan sayapnya setelah terbebas dari sangkar. Kiara menenggak beberapa gelas, ia termasuk seseorang yang bisa bertoleransi terhadap alkohol, tetapi semalam terasa ada sesuatu yang berbeda.

Kiara semakin menajamkan ingatannya, mengingat kilasan wajah-wajah yang samar di bawah cahaya remang. Suara musik yang semakin memekakkan dan gelas yang entah sudah berapa kali berpindah ke tangannya. Tak ada yang mencurigakan.

Di bawah pengaruh alkohol yang tak seberapa baginya, Kiara menjadi seperti kuda liar yang hilang kendali. Dirinya melakukan hal yang tak pernah ia lakukan sebelumnya. Bermain-main pada seorang pria dan berakhir di atas ranjang.

Sadar akan kesalahan fatal yang telah ia lakukan. Kiara berpikir segera ingin melarikan diri. Jantungnya berdebar makin cepat saat ia mencoba menggeser tubuhnya, mencari celah untuk bangkit tanpa membuat suara.

Kamar itu sunyi, hanya ada dengungan samar dari pendingin ruangan dan napas pelan dari sosok di sampingnya. Ia menelan ludah, mencoba menenangkan diri yang mulai dikuasai ketakutan.

"Kenapa aku bisa melakukan ini?" rutuknya di dalam hati diselipi makian atas tindakan bodoh yang telah terjadi.

Ada rasa tidak percaya di hatinya, tapi rasa sakit di sekujur tubuh dan organ vital yang berada di antara ujung pangkal paha cukup menegaskan semuanya.

Ia benar-benar melakukannya!

Jantungnya berdetak semakin cepat saat sosok di sampingnya ikut bergerak. Kiara kembali mematung dan kembali menelan ludah, menahan diri agar tidak panik dengan hati yang terus berbisik untuk tak menyia-nyiakan waktu dan segera keluar dari tempat tersebut.

Tangan rampingnya bergerak pelan mengangkat ujung selimut putih dibagian kaki, sementara mata jernih itu bergerak cepat mencari pakaiannya yang entah ada di mana. Saat ujung jari menyentuh salah satu kain yang tergeletak di lantai, suara berat terdengar dari belakang menggetkannya.

"Kamu sudah bangun?"

Tubuh Kiara membeku dengan tangan yang masih menahan selimut untuk menutupi dada. Suara itu asing, tapi penuh ketegasan.

Kiara memejamkan mata sejenak, menenangkan laju jantungnya sebelum menoleh. Dan saat tatapan merena bertemu, dunianya yang sempurna terasa retak untuk pertama kalinya.

Tatapan itu mengunci tubuhnya di tempat. Pria di depannya tidak terlihat canggung maupun terkejut—seolah semua yang terjadi adalah bagian dari suatu kenyataan yang sudah ia pahami. Berbeda dengan Kiara yang merasa seperti seseorang yang baru saja terhempas dari dunia yang baru ia kenal.

Kiara ingin bertanya, ingin marah dan ingin berteriak. Tapi bibirnya tetap terkunci, sementara pikirannya berputar lebih cepat daripada yang mampu diproses.

"Siapa kamu?" Kiara akhirnya berbicara, suara yang keluar nyaris bergetar.

Pria itu tidak menjawab langsung. Ia mengamati wajah wanita cantik di hadapannya sejenak, seolah mempertimbangkan sesuatu, sebelum akhirnya menghela napas dan berkata.

"Apa kamu tidak mengenalku?"

Kening mulus Kiara berkerut, mencoba menelusuri memori yang terasa kabur dan berantakan. Kiara menatap pria itu lebih lama—struktur wajahnya, garis rahangnya, sorot matanya yang tajam namun tidak mengancam.

Tak ada gambaran di kepalanya tentang siapa sosok lelaki yang telah menghabiskan satu malam panjang bersamanya.

Kiara menggeleng pelan. Ia sedang tak ingin bermain teka-teki saat pikirannya tengah kusut seperti ini.

"Aku tak tahu siapa kamu dan kenapa kita berdua bisa berakhir di atas ranjang ini. Tapi aku rasa kita bisa menganggap ini sesuatu yang biasa bukan. Anggap saja semua yang terjadi semalam sebatas angin lalu."

Angin lalu? Kiara bahkan ingin tertawa dan kembali merutuki dirinya sendiri. Tidak ada yang terasa seperti angin lalu saat tubuhnya masih merasakan sisa-sisa kejadian semalam.

Pria itu menggeser posisinya, bersandar pada sisi ranjang. Mata yang tajam menatap lawan dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Apa kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?"

Tatapan pria itu semakin dalam, seolah mencari sesuatu di wajahnya. Keraguan, kepanikan atau mungkin jejak kejujuran yang tersembunyi. Kiara tidak tahu. Yang jelas, detik ini dirinya ingin keluar dari ruangan tersebut sebelum semuanya semakin rumit.

Kiara menarik napas pelan, berusaha mengendalikan diri, lalu berkata dengan suara setenang mungkin, "Aku yakin. Aku tidak peduli siapa dirimu dan aku hanya ingin pergi dan biarkan semua yang terjadi hanya sebatas ini."

Pria itu tidak segera menjawab. Sebaliknya, tangan kekarnya menarik pinggang ramping itu hingga kulit tubuh mereka yang polos kembali bergesekan, menghadirkan desir di jantung bagai tersengat listrik ribuan volt.

"Aku tak menyangka kamu akan bereaksi seperti ini," kata lelaki itu akhirnya, nadanya tenang tapi penuh ketegasan. "Tapi bagaimana kalau aku tidak setuju dengan apa yang kamu katakan?"

Tubuh Kiara semakin menegang ditempat dengan pikiran yang semakin berkecamuk.

"Be-berapa yang kamu inginkan? Aku akan membayarnya," ucapnya mulai terbata.

Dia tak bisa membayangkan bagaimana dengan kehidupan selanjutnya jika semua yang terjadi malam itu berubah menjadi skandal panas. Nama baiknya sebagai wanita single terhormat akan tercemar.

Lelaki asing di hadapannya ini tersenyum mengejek. Matanya tak sengaja melihat sebuah benda bulat yang melingkar di pergelangan tangan yang membuatnya mengerti arti senyuman itu dan juga menampar harga dirinya.

"Apa pantas aku menawarkan harga pada lelaki yang memakai jam seharga dua milyar di tangannya?" fikir Kiara frustasi.

"Sorry, aku tahu mungkin kamu tak membutuhkan uang. Tapi melupakan semua ini juga tak membuatmu rugi kan!"

Lelaki itu mendekatkan wajahnya dan semakin mengikis jarak diantara mereka. Kiara ingin menghindar dengan mendorong dada bidang tersebut, namun tenaganya tak cukup kuat. Alih-alih memberi jarak, mereka justru semakin dekat hingga hembusan napas lelaki itu terasa hangat di ceruk lehernya.

"Ini yang pertama bagiku dan kamu harus bertanggungjawab!" bisiknya. Telinga Kiara meremang. Untuk sesaat dirinya kembali terdiam untuk mencoba mencerna sebelum akhirnya ia terkejut tak percaya.

"Apa? Jangan bercanda!" jeritnya tertahan.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Indah Wirdianingsih
baru pertama kali baca langsung suka sama ceritanya
2025-07-06 14:33:42
0
24 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status