Li Jiancheng duduk di tepi beranda kuil keluarga, satu kaki terjulur, satu lagi menekuk malas. Matahari sore menyelinap di sela pepohonan, tapi cahaya itu terasa tak lebih dari nyala sumbu yang lemah di matanya. Rambutnya yang baru saja dipangkas nyaris habis masih terasa kasar di telapak tangan, kulit kepalanya dingin diterpa angin. Di pundaknya, jubah luar yang lusuh itu tak cukup untuk menghapus rasa terhina. Seorang pria berlutut di hadapannya, menyembunyikan wajah di bawah bayangan pilar. “Tuanku,” suara bawahannya serak, hati-hati menimbang tiap kata, “ada kemungkinan Tuan besar Li mulai mencium keberadaan markas rahasia itu.” Li Jiancheng mengangkat kepalanya perlahan. Sorot matanya menyipit, bibirnya tersungging tipis, bukan senyum, tapi garis tipis yang menyimpan racun. “Dia mencium keberadaan tempat itu, atau sudah menginjakkan kaki di sana?” “Belum, Tuanku, tapi dia mulai menyelidiki, karena merasa ada yang janggal.” Seketika Li Jiancheng bangkit. Gerakannya lambat,
Last Updated : 2025-08-12 Read more