Share

Bab 110. Kaisar Turut Melayat.

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-08-13 12:24:02

Pagi itu, halaman depan kediaman keluarga Li dipenuhi oleh orang-orang yang datang silih berganti. Pakaian putih berkabung menyatu dalam pemandangan yang muram; bau dupa dan asap uang kertas yang dibakar memenuhi udara, bercampur dengan aroma arak dari cawan penghormatan yang diletakkan di meja persembahan.

Di tengah keramaian, suara langkah kaki berbaur dengan desah napas pelan para pelayat yang berbicara dalam bisik-bisik. Beberapa pejabat pemerintahan berdiri di barisan depan, membungkukkan tubuh, menyalakan hio, dan meletakkannya di tungku dupa di hadapan peti. Mereka melakukan ritual dengan khidmat, namun tatapan mata sebagian dari mereka diam-diam melirik ke arah Li Jiancheng.

Dia berdiri tegak di sisi peti, mengenakan pakaian putih polos tanpa hiasan, tali kain hitam melilit pinggangnya. Kepalanya yang licin memantulkan sedikit cahaya pagi yang menembus tirai tipis di ruang utama. Meskipun penampilannya mencolok, tak seorang pun berani menyinggungnya; suasana duka terlalu k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
AMELIA DJOHAN
lanjutannya kok blm diupload
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 110. Kaisar Turut Melayat.

    Pagi itu, halaman depan kediaman keluarga Li dipenuhi oleh orang-orang yang datang silih berganti. Pakaian putih berkabung menyatu dalam pemandangan yang muram; bau dupa dan asap uang kertas yang dibakar memenuhi udara, bercampur dengan aroma arak dari cawan penghormatan yang diletakkan di meja persembahan. Di tengah keramaian, suara langkah kaki berbaur dengan desah napas pelan para pelayat yang berbicara dalam bisik-bisik. Beberapa pejabat pemerintahan berdiri di barisan depan, membungkukkan tubuh, menyalakan hio, dan meletakkannya di tungku dupa di hadapan peti. Mereka melakukan ritual dengan khidmat, namun tatapan mata sebagian dari mereka diam-diam melirik ke arah Li Jiancheng. Dia berdiri tegak di sisi peti, mengenakan pakaian putih polos tanpa hiasan, tali kain hitam melilit pinggangnya. Kepalanya yang licin memantulkan sedikit cahaya pagi yang menembus tirai tipis di ruang utama. Meskipun penampilannya mencolok, tak seorang pun berani menyinggungnya; suasana duka terlalu k

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 109. Menjadi Satu-satunya Penerus.

    Di ruang belakang kuil keluarga, lampu minyak bergoyang pelan, memantulkan cahaya ke wajah Li Jiancheng yang sedang duduk di kursi rendah. Di hadapannya, seorang bawahan berlutut, kepalanya menunduk dalam-dalam. “Tuanku,” suaranya pelan, nyaris tak terdengar, “semuanya sudah selesai.” Li Jiancheng tidak langsung menoleh. Dia mengangkat cangkir teh, meniup permukaannya, lalu menyesap pelan. “Tidak ada saksi?” “Tidak ada. Pengawal yang tersisa mengira itu serangan perampok. Kami sudah memastikan mereka tidak bisa memberi keterangan lebih jauh.” Li Jiancheng meletakkan cangkirnya, jemarinya mengetuk meja dengan irama lambat. “Bagus. Pastikan semua yang terlibat malam ini tetap diam. Selamanya.” Bawahan itu menunduk lebih rendah, mengangguk patuh. Namun, sebelum dia sempat bangkit, pintu ruang belakang terbuka keras. Seorang wanita paruh baya dengan pakaian luar berwarna hijau zamrud masuk tergesa, wajahnya pucat, napasnya terburu. “Chang'er!” Li Jiancheng mengangkat alis. “

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 108. Diserang Tiba-tiba

    Li Jiancheng duduk di tepi beranda kuil keluarga, satu kaki terjulur, satu lagi menekuk malas. Matahari sore menyelinap di sela pepohonan, tapi cahaya itu terasa tak lebih dari nyala sumbu yang lemah di matanya. Rambutnya yang baru saja dipangkas nyaris habis masih terasa kasar di telapak tangan, kulit kepalanya dingin diterpa angin. Di pundaknya, jubah luar yang lusuh itu tak cukup untuk menghapus rasa terhina. Seorang pria berlutut di hadapannya, menyembunyikan wajah di bawah bayangan pilar. “Tuanku,” suara bawahannya serak, hati-hati menimbang tiap kata, “ada kemungkinan Tuan besar Li mulai mencium keberadaan markas rahasia itu.” Li Jiancheng mengangkat kepalanya perlahan. Sorot matanya menyipit, bibirnya tersungging tipis, bukan senyum, tapi garis tipis yang menyimpan racun. “Dia mencium keberadaan tempat itu, atau sudah menginjakkan kaki di sana?” “Belum, Tuanku, tapi dia mulai menyelidiki, karena merasa ada yang janggal.” Seketika Li Jiancheng bangkit. Gerakannya lambat,

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 107. Satu Hamil, Satu Berharap Hamil.

    Jenderal Shang Que bergeming. Hening yang mengulur seakan menekan udara di halaman itu. Tatapannya terpasang lurus pada Chu Qiao, sedingin puncak gunung di musim salju, tanpa sedikit pun isyarat bahwa kata-kata wanita itu telah menggoyahkan hatinya. Angin sore mengibaskan ujung jubah hitamnya. Hanya suara gesekan kain dan desiran dedaunan yang terdengar. Kemudian, perlahan, Shang Que menyeret langkahnya maju. Suara sepatunya menghantam lantai batu, berat dan mantap, membuat jarak di antara mereka kian rapat. Dia berhenti tepat di hadapan Chu Qiao. Tubuh tingginya menjulang, menutup sebagian cahaya sore dari wajah wanita itu. Tanpa membungkuk, dia menatap dari atas, sorot matanya bagai mengukur harga sebuah nyawa. Bibirnya tergerak tipis, suara rendahnya memotong udara yang menekan di antara mereka. “Bawa kepala Zhuge Liang jika kamu benar-benar setia pada pasukan bayangan.” Kata-kata itu jatuh perlahan, tetapi berat seperti palu yang menghantam baja. Shang Que berbalik

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 106. Chu Qiao Namanya.

    “Siapa namamu?” Hening. Jenderal Shang Que akhirnya berbalik badan, kembali menghadap salah satu anggota pasukan bayangan di bawah kepemimpinan nya tersebut. Wanita itu perlahan mengangkat kepalanya. Gerakannya nyaris tak terdengar, tapi cukup untuk membuat cahaya tipis pagi hari jatuh di wajahnya, menyingkap garis rahang yang tegas namun tetap menyimpan kelembutan. Tatapan mereka bertaut, tak ada kata yang keluar. Udara di antara mereka seakan memadat, menyisakan ruang yang hanya dipenuhi ketegangan tak kasatmata. Mata Jenderal Shang Que tetap setenang permukaan danau di musim dingin. Dingin, dalam, tak terbaca. Sementara mata wanita itu, tak ada ketakutan, tak ada tunduk. Hanya ketenangan yang menusuk, seolah dialah yang sedang mengukur sang jenderal. Shang Que menatapnya lekat-lekat. Nafasnya tenang, tapi telinganya dapat menangkap tarikan napas wanita itu, yang lambat, teratur, bukan milik seorang prajurit biasa yang gugup di hadapan komandannya. Dia pernah dilatih

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 105. Ada Pasukan Wanita.

    Bawa kepalanya ke hadapanku! Perintah Kaisar juga menjadi perintah Jenderal Shang Que kepada setiap bawahannya, yang dikerahkan mencari pendukung Zhuge Liang, di balik kursi kepemerintahan.Kemudian di malam tanpa bintang hari itu, salah satu pasukan bayangan di bawah kendali Jenderal Shang Que datang dengan pakaian hitam legam, serta cadar yang menutupi sebagian wajahnya.Jenderal hanya bisa melihat sepasang mata berbulu lentik seseorang itu.“Jenderal.” Dan saat yang sama, seseorang itu meletakkan sebuah bungkusan kain kuning dihiasi bercak darah, yang masih basah.Tanpa perlu melihat isinya, Jenderal Shang Que tahu apa isi di balik bungkusan kuning tersebut.Lalu, tanpa sempat mengecek siapa wajah di balik kepala itu ....Bruk!Tubuh berselubung hitam itu roboh ke lantai, seakan semua tenaga mendadak menguap.Jenderal Shang Que menoleh sekilas, tatapannya tetap datar, seolah sudah terbiasa melihat prajurit pingsan ataupun mati di tengah tugas.Tanpa menyentuh bungkusan kain kuning

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status