Lorong rumah sakit pagi itu dipenuhi aroma antiseptik yang menusuk. Adrian melangkah cepat, wajahnya tegang. Ia tidak sempat sarapan, bahkan kopi pun tidak sempat disentuh. Di tangannya, ponsel terus bergetar, namun ia mengabaikan semua pesan masuk dari Zea. Di ujung lorong, ia melihat Tiara duduk di kursi tunggu, mengenakan dress putih sederhana, wajahnya datar. Di sampingnya, anak kecil itu. Kevin menatap ke arah Adrian dan langsung berdiri. “Daddy!” serunya, lalu berlari ke arah Adrian. Adrian menahan napas, berdiri kaku. “Jangan panggil aku begitu,” ucapnya dingin, tapi anak itu tetap menempel di kakinya. Tiara tersenyum tipis. “Dia memang seperti itu, Adrian. Susah dijauhkan kalau sudah suka.” “Aku tidak mau basa-basi. Kita selesaikan ini sekarang.” Adrian melangkah melewati mereka, menuju ruang laboratorium. Di dalam ruang pengambilan sampel DNA Petugas berseragam putih mempersilakan mereka duduk. “Silakan duduk, Pak, Bu. Kita akan ambil sampel darah dari ayah dan anak te
Last Updated : 2025-08-11 Read more