Share

Bab 104

Author: Flower Lidia
last update Last Updated: 2025-11-10 20:39:39

Lampu ruang tengah temaram. Hujan di luar turun pelan, menimbulkan suara lembut di jendela. Ziva duduk di sofa dengan kaki diselimut, sementara Reza duduk di sebelahnya sambil menggulir ponsel — tapi sesekali matanya justru menatap wajah Ziva yang tampak serius menatap ke luar.

“Kamu lagi mikir apa?” tanya Reza pelan.

Ziva menoleh, tersenyum tipis. “Nggak apa-apa, cuma lagi kepikiran… nanti setelah melahirkan, aku bakal gimana, ya?”

Reza meletakkan ponselnya, menatapnya penuh perhatian. “Maksudnya?”

Ziva menarik napas dalam-dalam. “Ya, aku tahu kamu udah pernah nanya aku mau tetap kerja atau enggak. Tapi sekarang aku beneran mulai mikir. Aku nggak tahu apakah aku bisa ninggalin bayi kita di rumah sementara aku kerja. Tapi di sisi lain, aku juga nggak mau meninggalkan profesiku begitu aja.”

Reza terdiam sejenak. Ia tahu Ziva bukan tipe perempuan yang bisa duduk diam di rumah tanpa melakukan apa-apa.

Ziva hidup dengan semangat dan dedikasi. Itu yang dulu membuatnya jatuh cinta tanpa sad
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 150

    Jantungnya belum tenang.Tadi, layar TV sempat menampilkan tulisan aneh—dan ia yakin sekali melihat sosok di belakangnya, meski kini tak ada siapa-siapa.Ziva berdiri perlahan, berniat masuk ke kamar.Tapi sebelum ia sempat melangkah,DING DONG!Bel apartemen berbunyi nyaring.Suara itu membuat Ziva melonjak.Ia menatap pintu.Sekujur tubuhnya menegang.Tidak lagi. Jangan bilang ini kejadian kayak tadi…Bel berbunyi lagi, lebih cepat,DING DONG! DING DONG!Ziva menelan ludah.Tangannya meraih ponsel di meja, hampir saja menekan nomor Reza, tapi terhenti.Kalau itu cuma kurir? Atau—Ia berjalan pelan ke arah pintu.Langkahnya berat, napasnya pendek-pendek.Di layar interkom tak terlihat siapa-siapa.“Siapa di sana?” tanyanya dengan suara bergetar.Hening.Hanya suara lift di ujung koridor.Ziva memutar kunci perlahan.Pintu bergeser sedikit. Udara malam langsung menyeruak masuk.Dan—“Ziva sayang! Ini Mama!”Ziva terlonjak kaget, lalu menatap wajah yang muncul di balik pintu.Mama Indr

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 149

    “Blok D dua-belas, tahanan hilang!” teriak seorang sipir sambil menekan walkie-talkie.Lampu-lampu darurat berkedip, menyorot tembok tinggi yang sebagian catnya terkelupas.Dan di balik bayangan gelap di luar pagar, sesosok wanita berjalan cepat, mengenakan hoodie lusuh, rambutnya acak-acakan, napasnya tersengal.Clara.Ia berhenti di balik pepohonan, menatap gedung penjara yang semakin jauh di belakangnya.Matanya kosong tapi tajam—campuran antara kegilaan dan kebencian yang tak padam.“Gampang banget… mereka pikir aku bakal diam di sana selamanya?” gumamnya lirih, dengan senyum miring di wajahnya.Tangannya gemetar saat membuka tali di pergelangan, bekas borgol masih menempel di kulitnya.Dari balik sakunya, ia mengeluarkan potongan kecil kertas kusam yang sudah lecek.Di situ tertulis nama: Ziva MagnolyaClara menatap nama itu lama.Mulutnya perlahan membentuk senyum lebar—senyum yang lebih menyerupai retakan di wajah seseorang yang kehilangan arah.“Belum selesai, Ziva…” katanya p

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 148

    Ziva mengangguk pelan, lalu meraih tangan Reza di atas meja.“Terima kasih. Kamu udah cukup banyak ngelindungin aku. Sekarang biar aku yang berusaha bikin semua terasa normal lagi.”Reza menatap genggaman itu lama, lalu mengusap punggung tangannya dengan ibu jarinya.“Normal, ya?” katanya lirih. “Kamu tahu gak, Ziv? Aku baru sadar, rumah itu bukan tempat—tapi orang. Dan kalau kamu kenapa-kenapa…”Ziva langsung menepuk tangannya pelan, memotong kalimat itu. “Aku gak akan kenapa-kenapa. Selama ada kamu.”Keheningan singkat menyelimuti ruangan.Hanya suara detik jam dan aroma teh yang mulai dingin.Reza akhirnya mengangguk, mencoba tersenyum kecil. “Baiklah, kita gak bilang apa-apa dulu. Tapi aku janji bakal tambah pengamanan apartemen.”“Iya,” jawab Ziva lembut. “Asal kamu juga janji, gak perlu cemas berlebihan.”Reza tertawa pelan. “Berlebihan itu nama tengahku kalau nyangkut kamu.”Ziva ikut tertawa kecil, dan untuk pertama kalinya sejak semalam, wajah mereka terlihat sedikit lebih te

  • DIJODOHKAN MAMA   147

    Mobil Reza melaju pelan di jalur kanan, meninggalkan area rumah sakit tempat Ziva baru selesai kontrol kandungan.Udara sore terasa lembab, langit tampak gelap seperti menahan hujan.Di kursi penumpang, Ziva sibuk memegangi perutnya sambil sesekali tersenyum kecil melihat jalanan.“Perasaan bulan lalu aku masih bisa jalan cepat, sekarang rasanya napas aja udah ngos-ngosan,” keluhnya.Reza menoleh sekilas. “Itu tandanya Dede bayi makin kuat dan besar. Kamu juga harusnya istirahat, bukan jalan-jalan terus.”Namun belum sempat menjawab tiba-tiba..“ZIVA! Pegangan!” teriak Reza spontan sambil injak rem kuat-kuat.Ban mobil berdecit keras. Tubuh Ziva tersentak ke depan, untung sabuk pengaman menahan tubuhnya dan Reza spontan mengulurkan tangannya menahan perut ziva.Reza langsung menatap ke depan, wajahnya berubah tajam. Sosok perempuan itu berdiri diam di tengah aspal, menatap mobil mereka lurus dengan pandangan kosong… tapi senyumnya—aneh.Ziva menatap lebih lama, dan jantungnya langsung

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 146

    “Minum dulu, biar tenang,” katanya sambil meletakkan gelas di meja.Ziva menerima gelas itu dan meneguk pelan. “Terima kasih,” ucapnya, suaranya masih pelan tapi lebih tenang daripada tadi.Reza duduk di sampingnya, menatap wajah Ziva yang terlihat lelah namun mulai pulih.“Besok kamu ada rencana apa?” tanyanya pelan sambil membuka roti isi miliknya.Ziva berpikir sebentar. “Hmm… awalnya aku mau ke butik bayi, cari perlengkapan tambahan. Tapi kayaknya istirahat di rumah aja dulu deh. Hari ini udah cukup drama.”Nada suaranya diselipi senyum tipis, meskipun matanya masih menyimpan sisa takut.Reza mengangguk. “Setuju. Aku juga udah bilang ke orang rumah buat gak ganggu kamu dulu. Kalau kamu mau belanja, aku yang handle. Tapi kalau kamu bosan di rumah, besok sore aku ajak kamu jalan-jalan, gimana?”Ziva menatap Reza, alisnya terangkat. “Jalan-jalan kemana?”“Ke tempat yang gak ada orang nyerang kamu pakai pisau,” jawab Reza dengan nada datar tapi mata berkilat geli.Ziva mendengus pelan

  • DIJODOHKAN MAMA   Bab 145

    Pisau itu mengenai meja — suara cling! tajam terdengar saat ujungnya menghantam permukaan kaca.Keduanya terengah-engah. Ziva memanfaatkan momen itu untuk menepis tangan Clara, membuat pisau itu terlepas dan jatuh ke lantai.Clara masih mencoba meraih, tapi suara pintu terbuka keras menghentikan segalanya.“Bu Ziva!” suara seorang petugas keamanan memecah kepanikan.Clara terpaku. Napasnya kacau. Ia melihat ke arah Ziva — wajah yang masih terengah, keringat menetes di pelipis.Beberapa orang langsung berlari masuk. Dua di antaranya berusaha menarik tubuh Clara dari belakang, sementara pegawai lain memegangi Ziva yang mulai kehilangan keseimbangan.“Lepas! Lepasin gue!!” Clara berteriak, masih berusaha mendekat.Pisau di tangannya bergoyang, hampir terlepas, sampai seorang pegawai laki-laki berhasil merebutnya“Lepasin aku!” Clara menjerit keras, matanya liar. “Dia harus bayar! Semua orang harus tahu siapa dia sebenarnya!!”Pisau nyaris jatuh, tapi Clara masih berusaha menarik diri.Zi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status