Beberapa saat kemudian Daniel tiba-tiba mengernyit pelan, tangannya terangkat ke pelipis. “Elena… kepalaku agak sakit,” ucapnya lirih. Elena refleks mendekat, wajahnya berubah khawatir. “Kamu jangan bikin aku panik, Daniel. Sini, biar aku pijitin sedikit.” Ia duduk di tepi ranjang, jemarinya pelan menekan pelipis Daniel, gerakannya lembut dan hati-hati. Daniel menghela napas dalam, matanya setengah terpejam, namun perlahan terbuka dan menatap Elena dari jarak begitu dekat. Tatapan itu terkunci. Elena sempat menahan napas, jantungnya berdegup semakin keras. Tanpa sadar, jarak wajah mereka menipis, hanya tinggal sejengkal, bahkan bayangan napas mereka saling bertemu. Daniel bergumam rendah, hampir seperti bisikan, “Elena…” Elena tak menjawab, tapi ia tak juga menjauh. Bibir mereka hanya tinggal sejengkal lagi bersentuhan— DRRTT! DRRTT! Suara ponsel bergetar keras memecah ketegangan. Elena tersentak mundur, wajahnya memanas, buru-buru meraih ponselnya yang tergeletak di m
Last Updated : 2025-08-27 Read more