Di teras rumah sederhana milik Bu Rum, suasana haru tak terelakkan. Hari itu, Irsyad dan Mama Nur harus kembali ke kota, meski hati mereka masih tertambat di desa tempat Hana tinggal.Mama Nur duduk sambil menggendong Ihsan, cucu kecilnya, erat sekali. Wajahnya basah oleh air mata, berkali-kali ia menunduk menciumi pipi dan kening bayi mungil itu seakan tak ingin melepas. Hana hanya bisa menunduk, menahan perasaan yang campur aduk antara sedih, pasrah, dan rela."Ma." suara Irsyad lirih, berusaha menenangkan ibunya, "kita harus berangkat sekarang."Mama Nur menggeleng pelan, suaranya bergetar, "Bagaimana mama bisa pergi, Syad…? Cucu ini masih kecil, ibunya pun tinggal jauh dari kita. Rasanya mama tak sanggup meninggalkan mereka di sini."Hana buru-buru meraih tangan mertuanya, mencium punggung tangan itu penuh takzim. "Mama jangan khawatir, insyaAllah Hana bisa menjaga Ihsan dengan baik. Mama juga jangan sedih, aku ingin Mama tenang di kota."Air mata Mama Nur semakin deras. Ia mengel
Huling Na-update : 2025-08-28 Magbasa pa