Langkah mereka terhenti di hadapan pintu itu. Tidak ada tanda bahwa benda ini seharusnya ada di tengah jalan yang sejak tadi mereka lewati. Dinding di sekitarnya hanyalah batu yang retak dan berlumut, seolah berasal dari reruntuhan lama yang ditelan waktu. Namun, dari celah dinding yang mestinya rapuh, berdiri satu pintu tegak, utuh, menempel tanpa engsel, seakan dipaku oleh sesuatu yang tak terlihat. Alura menarik napas perlahan, menatapnya. Pintu itu tampak sederhana dari kejauhan, tapi semakin dekat, semakin jelas detailnya yang tidak wajar. Kayunya tampak seperti kulit, berurat, dan berdenyut samar, seperti ada aliran darah yang bersembunyi di baliknya. "Ini… bukan kayu biasa," gumamnya lirih. Rafael berdiri setengah langkah di depan Alura, tubuhnya kaku. Ia menatap pintu itu lama, hingga ketegangan di wajahnya lebih terasa daripada udara dingin yang menusuk tulang. "Aku tidak suka ini," katanya, suaranya rendah, hampir bergumam. "Pintu seharusnya tidak bernafas." Alura men
Last Updated : 2025-08-26 Read more