Langit hutan itu seakan kehilangan warnanya. Tidak ada bintang, tidak ada bulan, hanya kegelapan pekat yang menelan segalanya. Alura berdiri di ujung tanah retak yang kini terbuka lebih lebar, seperti rahang besar siap menelan siapa pun yang berani mendekat. Di dalam celah itu, bukan sekadar tanah yang kosong. Ada cahaya hitam berputar pelan, seperti pusaran air yang terbuat dari bayangan. Dari bawahnya terdengar suara lirih, bukan suara manusia, bukan juga suara alam. Itu suara rantai yang beradu, menggema jauh, membuat bulu kuduk Alura berdiri. Alura menggenggam dadanya, napasnya tersengal. Denyut dalam darahnya semakin kuat, hampir tak tertahankan. Seolah-olah setiap tarikan napas adalah panggilan dari bawah, memintanya turun. “Dia ada di sana,” bisiknya. Rafael berdiri di sampingnya, mata tajamnya menatap ke dalam pusaran itu. “Kalau kita masuk, tidak ada jalan kembali yang pasti.” “Aku tahu.” Suara Alura bergetar, tapi tekadnya jelas. “Tapi aku tidak peduli. Kalau Arga ada d
Last Updated : 2025-09-05 Read more