Udara malam di hutan kelabu masih membawa sisa panas pertempuran. Tanah yang terbakar menyisakan bau arang, dan pepohonan mati berdiri kaku seperti saksi bisu atas apa yang baru saja terjadi. Api kecil yang Alura nyalakan di tengah lingkaran batu nyaris padam, hanya menyisakan bara merah yang berdenyut pelan. Alura duduk bersandar pada batu besar, napasnya berat, tubuhnya gemetar. Luka di lengannya masih mengucurkan darah tipis, tapi ia tak punya tenaga untuk menutupinya. Di sampingnya, Arga terbaring dengan mata setengah tertutup, kulitnya pucat seperti kertas, bibirnya pecah-pecah. Rafael berdiri tak jauh, menatap hutan yang kini sepi. Tubuhnya penuh luka sayatan, pedangnya patah, tapi sorot matanya tetap dingin, seakan kelelahan tidak pernah punya tempat di dalam dirinya. “Untuk sementara, mereka berhenti,” katanya datar, suaranya serak. “Tapi itu bukan akhir. Bayangan seperti itu tidak pernah benar-benar mati.” Alura menoleh perlahan, suaranya nyaris hilang. “Kita butuh… waktu
Huling Na-update : 2025-09-08 Magbasa pa