Langit di atas Vellen Thar masih kelabu seperti hari sebelumnya, tapi ada sesuatu yang berbeda pagi itu. Udara tidak hanya dingin, ia menggigit, menembus kulit dan menyusup ke tulang. Bahkan kabut yang biasanya diam, kini seolah bergerak perlahan, menyelinap masuk ke celah-celah reruntuhan, seperti makhluk hidup yang sedang mengintai. Alura berdiri di tepi sebuah lorong yang menganga di tengah kota kuno itu, jalan menuju bagian terdalam dari Vellen Thar. Tanahnya retak dan merah kehitaman, seolah pernah terbakar dari dalam. Rafael ada di belakangnya, diam, tapi waspada. "Ini jalur menuju Gerbang Keempat," gumam Rafael. "Tapi pagi ini... rasanya lain." Alura mengangguk pelan, seakan pikirannya ada di tempat lain. “Kau dengar itu?” bisiknya. Rafael mengerutkan dahi. "Dengar apa?" Telinga Alura menangkap suara samar seperti desah napas, atau mungkin desir kain menyentuh batu. Tapi saat ia menoleh, tidak ada siapa-siapa. Hanya reruntuhan, angin, dan kabut yang terus menebal. “Sudah
Terakhir Diperbarui : 2025-07-21 Baca selengkapnya