Hari semakin siang, sinar matahari yang masuk lewat jendela mulai menghangatkan ruang tamu. Dinda dan Rayhan duduk berdampingan di sofa, masing-masing memegang buku cerita anak yang sudah sering mereka baca bersama-sama. Si kecil yang tadi tidur pulas, kini terlelap di dalam ayunan kecil di sudut ruangan.Dinda menatap lembut suaminya, lalu tersenyum kecil. “Han, kamu tahu nggak? Kadang aku merasa si kecil ini sudah bisa merasakan perasaan kita, bahkan sebelum ia lahir.”Rayhan mengangguk, matanya ikut berbinar. “Iya, aku juga merasa begitu. Mungkin dia tahu betapa kita mencintainya.”Dinda menarik napas, kemudian menempelkan telapak tangannya di perut yang membesar. “Kadang aku takut, Han. Takut kalau aku nggak bisa jadi ibu yang baik, atau kalau kamu merasa kita berdua nggak cukup kuat menghadapi semuanya.”Rayhan menggenggam tangan Dinda erat. “Kita nggak sendiri, Din. Aku di sini, selalu ada buat kamu dan anak kita. Kita akan belajar bersama-sama, menghadapi semuanya.”Dinda menat
Last Updated : 2025-08-11 Read more