Malam itu, Dinda duduk di kursi rotan dekat jendela kamar. Udara luar sedikit dingin, tapi tidak menggigit. Hujan baru saja reda, menyisakan aroma tanah basah yang membuat hatinya entah kenapa terasa lebih tenang. Di pangkuannya, ada sebuah buku cerita anak-anak yang baru saja ia baca untuk janin kecil di dalam perutnya.Rayhan masuk membawa secangkir susu hangat. Ia duduk di sebelah Dinda, menyandarkan punggungnya di sisi jendela yang lain. Mata mereka bertemu, tersenyum, lalu terdiam cukup lama. Diam yang tidak canggung, tapi justru nyaman.“Kamu kelihatan capek,” ucap Dinda sambil memandangi wajah suaminya yang terlihat lelah.“Enggak, cuma kepikiran aja,” jawab Rayhan, menyentuh tangan istrinya. “Kita sebentar lagi jadi orang tua, Din. Rasanya masih nggak percaya.”Dinda tersenyum, mengelus perutnya yang kini makin membesar. “Aku juga gitu, Han. Tapi entah kenapa, sekarang aku nggak takut lagi.”“Kenapa?”“Karena aku tahu kamu ada.”Rayhan menunduk, mencium punggung tangan Dinda d
Last Updated : 2025-08-03 Read more