Suara tangisan si kecil memecah kesunyian subuh. Dinda langsung terbangun, matanya masih berat, rambut berantakan. Rayhan, yang tadinya tidur nyenyak, ikut terbangun dengan ekspresi panik.“Din, dia nangis ya?” suaranya parau.“Iya, Han. Kayaknya lapar.” Dinda bangkit, berjalan cepat ke boks bayi, lalu menggendong si kecil. Rayhan ikut duduk di tepi kasur, masih setengah sadar.“Aku bikin susu ya?” tanyanya sambil mengucek mata.Dinda menoleh, sedikit tersenyum melihat wajah kusut suaminya. “Boleh. Air panasnya udah aku siapin di termos.”Rayhan mengangguk, lalu beranjak ke dapur dengan langkah setengah sempoyongan. Beberapa menit kemudian, ia kembali membawa botol susu. “Nih, coba cek suhunya.”Dinda meneteskan sedikit di pergelangan tangan. “Pas. Kasih ke aku.”Si kecil segera menyusu dengan lahap, membuat suasana sedikit tenang. Rayhan duduk di samping Dinda, memperhatikan dengan wajah lembut. “Lucu banget ya kalau lagi gini. Rasanya semua capek ilang.”Dinda mengangguk. “Iya. Tapi
Dernière mise à jour : 2025-09-02 Read More