Aku tersenyum tipis, lalu berdiri dan merapikan selimut Adel. "Kenapa? Kaget?" Mas Dani melirik ke sekeliling ruangan lagi, memperhatikan fasilitas yang jauh dari kata sederhana. Ada sofa empuk, televisi besar, dan kamar mandi dalam. Sesuatu yang jelas tidak dia sangka akan aku dapatkan. "Aya, siapa yang bayar kamar ini?" Suaranya lebih rendah, lebih waspada. Aku mengangkat bahu dengan santai. "Kamu pikir siapa?" Amalia, yang sedari tadi duduk diam di sofa, tiba-tiba terkikik pelan. "Mas Dani pasti syok ya? Kirain tadi yang diurus cuma satu anak, ternyata ada dua yang harus dipikirin." Aku melirik Amalia, memperingatkannya agar tidak bicara terlalu blak-blakan. Tapi ya, dia benar. Mas Dani pasti mengira aku akan pasrah seperti biasa, mengalah, menerima seadanya. Mas Dani menatapku lama, lalu menghela napas. "Aya, kamu jangan bikin masalah." Aku mendengus pelan. "Masalah?" Aku melipat tangan di dada. "Menurutmu, siapa yang lebih dulu bikin masalah?" Dia tidak langsung menjawab.
Huling Na-update : 2025-07-13 Magbasa pa