“Aku di sini. Tenanglah,” bisik Aurelia lirih, suaranya nyaris lenyap ditelan kesunyian kamar hotel.Lampu temaram di sudut ruangan hanya memberi cahaya samar, menciptakan suasana yang intim sekaligus rapuh. Ia kembali naik ke ranjang, lalu mendekap tubuh Gian yang terus saja gelisah dalam tidurnya. Napas pria itu tersengal, kata-kata tak jelas meluncur dari bibirnya, seakan ia sedang dikejar bayangan yang tak bisa dilihat Aurelia.Perlahan, kehangatan pelukan Aurelia menenangkan Gian. Napasnya melambat, rahangnya yang semula menegang mengendur, wajahnya tampak lebih damai. Aurelia merapatkan tubuh, menempelkan pipinya pada dada bidang sang suami.“Tak perlu takut. Aku tidak akan ke mana-mana,” bisiknya lagi.Suara itu lirih, namun cukup kuat untuk menembus mimpi buruk Gian. Tak lama kemudian, kelopak mata Aurelia ikut terpejam, menyerah pada kantuk yang menenggelamkan mereka berdua. Kamar hotel pun kembali hening, hanya menyisakan deru pendingin ruangan
Last Updated : 2025-10-03 Read more