Ruang sidang keluarga itu kecil, tak megah. Dindingnya pucat, penuh rak dokumen. Tapi di mata Averine, ruangan itu terasa lebih besar dari seluruh dunia.Ia duduk di sisi kiri, mengenakan setelan abu muda yang rapi namun lembut. Di sebelahnya, Darian. Tenang, tegak, sesekali menatapnya dari ujung mata.Di seberang meja panjang, Eira duduk sendiri. Mengenakan blus putih dan celana gelap, rambutnya disisir rapi, ekspresinya tenang tapi jaga jarak.Hakim, seorang perempuan paruh baya, membuka berkas.“Saudari Averine Camilla Almanda, Anda hadir sebagai pengaju permohonan pengesahan hak perwalian terhadap ananda Eira C. Almanda, sesuai berkas perkara nomor tiga dua lima garis miring…”Suara hakim seperti gema jauh bagi Averine. Ia menggenggam jemari di pangkuannya, kuku nyaris menekan kulit. Suaranya keluar pelan tapi jelas.“Benar, Yang Mulia.”Hakim menoleh ke Eira. “Dan kamu, Eira, sudah membaca seluruh dokumen ini?”
Last Updated : 2025-07-20 Read more