Bab 64Aku menarik napas panjang sebelum mengetuk pintu kayu tua yang sudah mulai pudar warnanya itu. Malam begitu lengang, hanya suara jangkrik yang terdengar dari kebun belakang, bercampur dengan desir angin yang menusuk sampai ke tulang. Telapak tanganku terasa dingin sekaligus basah, bukan hanya karena udara malam, tapi juga karena gugup. Aku tahu, di balik pintu ini ada seorang ibu yang sudah lama menanti kabar tentang anaknya, dan aku akan menjadi orang yang membawa kabar itu.Pintu berderit pelan, terbuka hanya sejengkal, lalu sosok seorang wanita paruh baya muncul. Wajahnya pucat, matanya sembab, terlihat jelas bahwa ia habis menangis lama. Rambutnya tergerai acak-acakan, dan tubuhnya sedikit bungkuk seakan lelah menahan beban yang terlalu berat. Ia menatapku dengan ragu.“Siapa ya?” suaranya lirih, pelan sekali, seakan keluar dari kerongkongan yang kering karena terlalu sering menahan tangis.Aku menunduk sebentar, lalu menjawab sopan, “Permisi, Bu. Saya… saya Gery. Temannya
Terakhir Diperbarui : 2025-09-19 Baca selengkapnya