Bab 71Tubuhku terhimpit di sofa, kainnya yang lembut justru terasa seperti jebakan yang menelan seluruh keberadaanku. Nafasnya berat di telingaku, bercampur aroma alkohol dan rokok yang menusuk. Jemarinya, kasar dan bergetar, bergerak seakan ingin mengukir kepemilikan di atas kulitku.“Ayo, jangan tegang begitu, sayang…,” suaranya bergetar, setengah mabuk, tapi penuh dengan keyakinan bahwa aku tidak punya pilihan lain.Aku menggeliat, mencoba menjauh, namun genggaman di lenganku semakin kuat. Dua anak buahnya seperti bayangan hitam yang hanya berdiri, menonton dengan tatapan puas. Mereka tidak perlu ikut menyentuh; cukup menikmati bagaimana aku dipaksa kehilangan martabatku setahap demi setahap.Aku merasa tubuhku seolah bukan milikku. Setiap kali ia menarikku lebih dekat, aku seperti terpisah dari diriku sendiri, melayang keluar, menyaksikan dari kejauhan seorang gadis muda yang diperlakukan bukan sebagai manusia, melainkan mainan.Air mataku terus menetes, membasahi pipi. Aku menah
Last Updated : 2025-09-28 Read more