All Chapters of Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin: Chapter 11 - Chapter 20

Mungkinkah karena dia begitu marah sampai berkata kejam dan mengutuk Denzel saat di firma hukum waktu itu?Natalie mengangkat pandangannya, menatap mata bening dan jernih Holly yang memandangnya.Perasaan bersalah membanjiri hati Natalie. Dia tidak seharusnya mengatakan kata-kata seperti itu. Jika gadis semanis Holly benar-benar terkena karma karena perbuatan Denzel, dia akan menyesal seumur hidupnya!"Maaf ya, Lyly."Permintaan maaf tanpa alasan itu membuat Holly terdiam sesaat. Dia pun mengira Natalie hendak menolak menjadi guru lesnya. Matanya langsung memerah."Kak Natalie, aku cuma mau kamu yang jadi guru lesku. Kalau kamu nggak ada, aku bakal sedih banget."Air mata mulai menetes. Natalie buru-buru menyekanya. "Aku nggak bilang nggak mau jadi guru lesmu lagi. Cuma kakakmu itu ....""Kita bisa les diam-diam kok. Kak Denzel juga nggak sering pulang. Kita tukaran kontak saja, bisa chat kapan saja."Natalie berpikir sejenak, lalu akhirnya setuju. Setelah menambahkan kontak, Holly pun

Holly memutar bola matanya, seperti terpikir sesuatu. Kemudian, dia tiba-tiba berkata, "Aku mau bantu Kakak, tapi ada syaratnya. Kakak harus janji nggak boleh pecat Kak Natalie dan harus tambah gajinya!"Denzel mencubit hidung kecil adiknya, nada bicaranya sedikit tak berdaya. "Dasar bocah, sekarang sudah belajar membela orang luar. Aku ini kakak kandungmu lho."Holly menyandarkan diri ke pelukan Denzel, bersikap manja. "Pokoknya aku mau Kak Natalie!""Kenapa kamu suka banget sama dia?" Denzel benar-benar penasaran.Holly hanya cemberut, tak bisa menjelaskan dengan kata-kata.Karena dia tidak mau menjawab, Denzel pun tidak memaksa. Dia kembali pada topik sebelumnya. "Baiklah, kamu bantu Kakak, Kakak janji akan tambah gajinya dan nggak bakal pecat dia."....Natalie kembali ke kamar. Selesai mandi, dia langsung naik ke tempat tidur. Saat ini, tubuh dan pikirannya benar-benar lelah. Yang dia inginkan hanya tidur.Namun, terlalu banyak hal yang dipikirkan. Bahkan ketika sudah lelah, dia t

Lembaga ini memberinya perasaan yang sangat aneh. Para karyawannya juga membuat Natalie merasa tidak nyaman. Meskipun Kadir terus tersenyum, tatapannya tampak sangat mencurigakan.Kadir menarik kembali tangannya dan tersenyum. "Sebelum kami memperkenalkan pengacaranya, kami harus memungut biaya referensi terlebih dahulu. Itu harus dalam bentuk tunai. Kamu bawa cukup uang, 'kan?"Sampai di sini, Natalie hampir bisa memastikan bahwa orang-orang ini bukanlah pihak yang bisa dipercaya, kemungkinan besar penipu.Namun, dia tetap menjaga senyumnya. Ujung kakinya perlahan mengarah ke pintu. "Ya, aku bawa."Natalie melepaskan tas selempang hitamnya dan melemparkannya ke sofa. "Semuanya ada di sini, silakan dicek."Mata Kadir langsung berbinar. Dia mendekati sofa, sementara wanita paruh baya itu maju untuk membantu menghitung.Natalie memanfaatkan momen itu. Dia segera berbalik, berlari secepat mungkin untuk keluar dari ruangan.Tadi dia sempat melihat wanita itu diam-diam mengunci pintu. Natal

Seperti yang diduga, mata hitam Denzel menyipit. Wajahnya bahkan memancarkan aura jahat saat berkata, "Perempuan asing itu liar dan panas, lumayan seru. Nggak ada laki-laki yang nggak suka."Wajah Natalie langsung memerah. Sayangnya, dia tak bisa membantah. Malam itu, demi tujuannya, dia telah menginjak harga dirinya sendiri. Sekarang saat mengingatnya, dia ingin menggali lubang dan mengubur diri sendiri.Dengan perasaan terhina dan enggan, dia buru-buru mentransfer uang ke pria itu. "Kamu pergi saja. Aku bisa urus prosedur keluar rumah sakit sendiri."Detik itu juga, dia benar-benar tak ingin melihat wajah Denzel lagi!Denzel pun menerima uang itu tanpa sungkan sedikit pun. Dia bangkit, melangkah santai ke pintu dan pergi begitu saja.Ruang rawat inap kembali sunyi. Rasa sakit di pelipis Natalie masih terasa. Dia berbaring sebentar, lalu ponsel di sakunya berdering. Itu panggilan dari ibunya.Begitu diangkat, terdengar suara cemas Ainur. "Gimana pengacara yang direkomendasikan itu?"N

Di ruang monitor, Denzel melepas penyuara telinganya. Mata hitamnya sedikit menyipit. Dia mengeluarkan ponsel dan menghubungi sebuah nomor. "Periksa tunangan Robert."Begitu keluar dari kantor polisi, Natalie langsung berpapasan dengan Denzel. Pria itu bertubuh tinggi semampai, fitur wajahnya tajam dan tampan, dengan setelan jas kustom yang membuatnya tampak lebih mencolok dari selebritas terkenal. Belum lagi sosoknya yang penuh karisma itu.Namun, Natalie tidak sedang dalam mood untuk mengagumi apa pun. Dia masih marah mengingat semua yang Denzel katakan kepada Robert, mengarahkannya untuk mengakui kejahatan."Kamu bilang akan menyelidiki kebenaran, tapi kenapa kamu justru mencoba memancing kakakku mengaku bersalah? Apa ini taktikmu? "Natalie mengangkat wajahnya. Ekspresinya penuh ketidaksenangan, matanya memelototi Denzel.Denzel menunduk sedikit, menatapnya dari atas. "Menyelidiki kebenaran dan menyampaikan fakta objektif nggak saling bertentangan. Kamu seharusnya paham kalau menga