All Chapters of Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin: Chapter 41 - Chapter 50

Natalie dan Denzel memiliki kontrak mingguan. Meskipun sangat marah, Natalie tetap datang ke apartemen secara terpaksa.Di depan pintu, Natalie menarik napas dalam-dalam. Dia menekan kode sandi, lalu mendorong pintu dan masuk.Denzel mengenakan pakaian rumah berwarna abu, bersandar di sofa sambil memejamkan matanya. Ketika mendengar suara pintu, dia membuka mata dan melihat. Tatapannya tetap tenang tanpa emosi apa pun.Natalie berjalan masuk dengan pelan. Kemudian, dia duduk di sofa tanpa berkata apa-apa.Suasana sangat hening. Denzel juga tidak memedulikan Natalie, hanya menuangkan anggur dan minum sendiri.Waktu terus berlalu. Belasan menit kemudian, ruang tamu tetap sunyi. Natalie mengira Denzel tak berminat hari ini. Bagaimanapun, semalam mereka bertengkar, bahkan Denzel memakinya bodoh.Natalie mendongak, membuka mulutnya. "Kalau nggak ada urusan, aku pulang dulu."Natalie bangkit dan hendak pergi. Namun, ketika melewati Denzel, pria itu tiba-tiba menjulurkan tangan dan meraih per

Petugas polisi menyambutnya dan berkata dengan nada resmi, "Saudari Natalie, Marlon nggak mencabut tuntutannya. Kakakmu belum dinyatakan bebas. Selain itu, dia sudah mengaku bersalah. Silakan bersiap untuk sidang besok."Kepala Natalie seperti akan meledak!Dia sontak bangkit dari kursi, matanya melotot tak percaya. "Mana mungkin? Marlon sudah janji akan mencabut tuntutannya! Dan kenapa kakakku mengaku bersalah? Aku mau ketemu kakakku!""Sesuai prosedur, sekarang kamu nggak diizinkan menjenguk Robert."Butuh uang lebih banyak untuk mengurus semuanya, tetapi sekarang Natalie benar-benar tak punya apa pun.Dia mengepalkan tangannya erat-erat. Harapan yang sempat menyala kini perlahan hancur. Dengan mata terpejam, Natalie merasa putus asa dan sesak.....Di rumah sakit militer ibu kota.Denzel bersandar di dinding koridor sambil merokok. Dia mengenakan setelan kasual. Sorot matanya tajam dan dingin, memancarkan aura penuh wibawa."Denzel, kenapa kamu nggak ngobrol lebih lama dengan ayahmu

Gadis ini sedang diam-diam menyalahkannya? Denzel mengatupkan bibirnya, tetapi tidak berkata apa-apa. Memang sebagian ini adalah kesalahannya. Tidak ada yang perlu disangkal.Natalie mengamati ekspresi wajah pria itu. Dia bisa menangkap sedikit rasa bersalah darinya. Melihat itu, ia langsung memanfaatkan momen. "Pak Denzel, kamu tahu sendiri. Di seluruh Kota Sarwina, tak ada yang berani menjadi pengacara pembela kakakku. Kalau kamu bisa ....""Nggak mungkin." Sebelum Natalie selesai berbicara, Denzel langsung menyela. Dia menatap wajah mungil Natalie dengan tenang. Mata besar yang penuh harap itu tak bisa mengubah pendiriannya.Dia memang lalai dalam kasus ini, tetapi tidak mungkin menjadi pengacara Robert. Keluarga Syafar dan Keluarga Harmansyah sangat dekat. Dia tidak mungkin secara terbuka berhadapan dengan Marlon. Kalau dia nekat, kasus Robert justru akan semakin rumit.Natalie tentu mengerti ada hubungan darah antara Denzel dan Marlon. Dia tahu orang tidak akan membantu yang benar

Natalie membaca pesan itu beberapa kali, memastikan bahwa Denzel benar-benar telah menghapusnya dari daftar blokir, lalu segera membalas dengan sebuah stiker yang sangat menjilat. Setelah itu, dia bangkit dari tempat tidur, mencuci muka seadanya, lalu meninggalkan hotel.Hotel itu memang berada dekat dengan apartemen. Natalie mengangkat tangannya dan mengetuk pintu. Pintu dibuka dari dalam, menampakkan wajah pria yang tampan dan tegas.Melihatnya, Denzel sama sekali tidak terkejut. Dia menyingkir sedikit, lalu berjalan masuk sambil berkata, "Masak sarapan.""Siap!"Natalie ingin meminta Denzel menjadi pengacaranya, jadi sikapnya sekarang jauh lebih sopan daripada sebelumnya. Bisa dibilang, sekarang dia seperti penjilat.Setelah sarapan selesai, mereka pergi ke kantor polisi bersama-sama. Kali ini, mereka tidak perlu dibatasi oleh kaca pembatas, melainkan bertemu di sebuah ruangan kecil.Beberapa saat kemudian, Robert dibawa masuk oleh dua orang polisi.Setelah sekian lama tidak bertemu

"Benaran dia ya ... memang sih cantik, badannya juga bagus, pantas saja ....""Pasti butuh banyak uang, pria-pria itu ....""Walaupun butuh uang, masa sampai segitunya ...."Natalie menoleh ke arah mereka dan orang-orang itu langsung terdiam. Beberapa bahkan menatap balik dengan pandangan merendahkan.Aneh sekali.Tak lama kemudian, giliran Natalie mengambil makanan. Dia pun mengalihkan pandangan dan tak lagi menghiraukan mereka.Setelah mengambil makanan, dia membawa nampannya kembali ke asrama. Saat makan separuh, teman sekamarnya yang tadi pergi ke perpustakaan kembali. Freyna meletakkan tasnya, lalu menoleh ke arah Natalie dengan raut wajah seolah ingin bicara tapi ragu-ragu.Natalie merasa heran. "Kamu sepertinya mau ngomong sesuatu. Ada apa?"Freyna ragu selama beberapa detik, lalu berkata dengan hati-hati, "Natalie, kamu dengar nggak ... ada orang ngomongin yang nggak enak soal kamu?"Natalie awalnya ingin menggeleng, tapi kemudian teringat kejadian di kantin. Dia berkata sejuju