Todos os capítulos de Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin: Capítulo 291 - Capítulo 300

Saat Denzel pulang kerja dan baru saja membuka pintu rumah, dia langsung mendengar suara kucing mengeong. Dia mengangkat alis dengan heran.Di sofa, seekor kucing kecil berbulu oranye sedang meringkuk di pelukan Natalie. Matanya yang bulat menatap lekat ke arah gadis itu, bahkan cakarnya menyentuh wajah Natalie dengan pelan. Tatapan itu nyaris seperti tatapan manusia yang penuh rasa.Warna bulunya terasa sangat familier. Denzel seakan pernah melihatnya, tapi tidak bisa langsung mengingatnya. Dia melangkah mendekat dan bertanya, "Kucing dari mana?"Natalie bangkit sambil menggendong si kecil, lalu tersenyum lembut. "Kamu lupa? Waktu dulu kita tinggal di kompleks Jacaranda, kita berdua yang menemukannya.""Oyen?" Denzel tertegun."Ya, Oyen. Dulu Hardi menyerahkannya ke Yola untuk dirawat. Tapi Yola sebentar lagi mau meninggalkan Kota Sarwina, jadi nggak bisa membawanya. Jadi, dia minta aku yang merawatnya."Tatapan Denzel jatuh ke wajah berbulu kecil itu. Si mungil meringkuk di pelukan N

Denzel masuk ke ruang kerja. Darren sedang menulis kaligrafi dengan kuas. Mendengar langkah kaki yang mantap, dia tetap tidak menoleh." Ayah, ada apa memanggilku?" tanya Denzel.Suasana menjadi hening dalam seketika.Darren sengaja membiarkannya berdiri. Setelah menyelesaikan beberapa lembar tulisan, dia baru mendongak. Tatapannya datar mengarah pada Denzel yang berdiri tegak di seberang."Putus sama wanita di luar itu." Ucapannya sangat terus terang dan nadanya juga sangat dominan.Denzel mengangkat pandangan, mata hitamnya menatap lurus tanpa gentar. Dia berkata sekata demi sekata dengan tegas, "Nggak mungkin.""Kalau itu cuma untuk bersenang-senang, aku bisa pura-pura nggak tahu."Wajah Darren tetap datar dan sikapnya masih keras. "Tapi kamu harus bertunangan dulu sama Joyce untuk menenangkan pihaknya.""Aku nggak akan menikahi Joyce." Denzel tetap menolak, "Aku sudah menemui Tuan Alexa, dia berjanji dalam setahun murid pribadinya akan datang untuk mengobati Holly. Jadi aku nggak p

Denzel memegang cangkir teh porselen putih. Jari-jarinya panjang dan lentik, seolah karya seni yang diukir teliti oleh seorang seniman. Gerakannya saat menyeruput teh sangat elegan.Dia mengangkat sedikit kelopak mata, sorot matanya acuh tak acuh. "Kita nggak sedekat itu. Panggil aku Pak Denzel.""Tapi aku dulu selalu memanggilmu begitu." Joyce tertegun, tidak mengerti kenapa tiba-tiba Denzel berkata demikian.Nada Denzel tetap datar, "Dulu ya dulu. Sekarang nggak boleh." Kalau sampai keluarga mengetahuinya, pasti ada yang cemburu.Natalie memang terlihat lembut, tapi kalau benar-benar marah, tidak mudah untuk menenangkannya. Jadi lebih baik menutup segala potensi masalah sedari awal."Tapi, Denzel ...." Joyce menggigit bibirnya, masih ingin berkata sesuatu. Namun detik berikutnya, tatapan dingin pria itu menyapu dirinya.Jantung Joyce berdebar, akhirnya dia terpaksa mengalah. "Baiklah, Pak Denzel. Jadi benar kamu dan Natalie bersama?" Dia masih belum menyerah, tetap ingin mendengar la

Di ibu kota ada sebuah rumah pengobatan tradisional yang sangat terkenal, Harmoni Medika.Tempat itu didirikan oleh Alexa. Ilmu pengobatannya sudah mencapai tingkat yang luar biasa. Dulu, pasien yang datang berobat bisa mengantre sampai memenuhi jalanan ibu kota.Belakangan, karena usianya semakin tua dan tenaganya tidak mencukupi lagi, dia menyerahkan Harmoni Medika kepada murid-murid yang dibimbingnya langsung. Dengan statusnya sebagai seorang ahli, setiap tahun universitas-universitas ternama selalu mengundangnya sebagai pembimbing khusus dan membawa beberapa mahasiswa pilihan.Tentu saja, murid dan murid langsung tidak bisa disamakan. Namun, kemampuan mereka juga tidak buruk. Mereka tetap punya keterampilan medis yang lumayan.Ditambah lagi, Harmoni Medika punya resep-resep yang diberikan oleh Alexa. Berbagai pil obat yang dibuat di sana memiliki efek yang sangat bagus. Hanya dengan itu saja, pasien selalu datang silih berganti.Bahkan sekarang, sudah pukul 8 malam dan masih ada or

Sekarang sudah pukul 10 malam. Orang-orang di klinik sudah jauh lebih sedikit. Joyce berdiri di pintu, mengerutkan alis. "Kenapa kamu ada di sini?"Natalie menjawab dengan dingin, "Sepertinya nggak ada urusannya denganmu, 'kan?""Kamu datang berobat?" Joyce menatapnya dengan pandangan meremehkan. "Di tempat ilegal seperti itu, kamu pasti sudah habis dimanfaatkan sampai tubuhmu rusak. Kalau masih punya rasa malu, seharusnya meninggalkan Denzel, bukan terus menempel!"Suaranya sengaja dibuat keras agar beberapa orang menoleh. Mereka mengira Natalie bekerja di bidang "khusus". Tatapan mereka pun penuh cela.Ekspresi Natalie berubah sedikit, tangannya mengepal. "Jangan keterlaluan ya.""Bukankah ini fakta? Betapa kotor dan menjijikkannya tempat itu, pasti kamu lebih tahu dari siapa pun karena pernah merasakannya sendiri."Pandangan Joyce penuh rasa jijik, seolah-olah Natalie adalah sesuatu yang kotor. Membayangkan Denzel lebih memilih perempuan seperti Natalie daripada dirinya, Joyce benar