Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin のすべてのチャプター: チャプター 381 - チャプター 390

Zamir sangat menyukainya sampai tersenyum lebar. "Kalau kamu memang pacarnya Denzel, panggil aku 'Kakek' saja."Natalie tidak malu-malu, langsung memanggil dengan manis, "Baik, Kakek."Dia menyerahkan sebuah botol kecil berwarna putih. "Ini ramuan panjang umur yang diracik guruku, sangat baik untuk kesehatan. Aku hadiahkan untuk Kakek."Zamir menerimanya dengan senang. "Ini buatan Alexa sendiri? Semua yang dibuat olehnya selalu berharga. Baiklah, aku terima."Kemudian, dia mengeluarkan sebuah kotak sederhana dari saku, menyerahkannya kepada Natalie. "Kakek juga nggak punya banyak barang yang bisa diberikan. Kamu terima saja cincin ini ya."Natalie membuka kotak itu. Di dalamnya tampak sebuah cincin ruby dengan ukiran indah.Ekspresi Darren langsung berubah. "Ayah, bukankah itu harta pusaka Keluarga Khalid? Kenapa malah sembarangan diberikan?"Pusaka Keluarga Khalid hanya diwariskan kepada menantu perempuan. Keluarga Khalid hanya memiliki seorang putri. Setelah istri Zamir meninggal, ci

Darren dan Zamir sama-sama menatap laporan tes DNA yang ada di tangan Denzel.Zamir pun mendesak, "Buka saja. Begitu dibuka, kita akan tahu gimana kebenarannya."Entah kenapa, Denzel sama sekali tidak ingin membuka laporan itu. Dia samar-samar punya firasat, isi laporan tersebut bukanlah sesuatu yang dia harapkan.Namun, di hadapan Darren dan Zamir, dia tidak bisa menghindar, juga tidak bisa menolak."Lama sekali, biar aku saja yang buka." Darren mengambil kesempatan saat Denzel terdiam, langsung merebut laporan tes DNA itu.Dengan cepat, dia membukanya dan langsung membalik ke halaman terakhir."Hasil pemeriksaan DNA menunjukkan, nggak ada hubungan biologis ayah dan anak!" Mata Darren langsung membelalak. Dia melemparkan laporan itu ke atas meja. "Benar dugaanku! Anak yang dikandungnya sama sekali bukan darah daging Keluarga Syafar!"Semua orang pun melihat kalimat yang dicetak tebal itu.Denzel mengepalkan tangannya, Zamir menutup mata dengan kecewa, sementara Natalie tertegun. Dia b

Darren bertanya, "Apa rencananya?""Kalau Pak Denzel nggak setuju untuk putus dengan Natalie, kamu bisa membocorkan pengalaman dan kejadian yang sudah dialami Natalie di Pulau Roli ke internet. Demi menjaga reputasi Natalie, Pak Denzel pasti akan setuju," jawab Joyce.Darren mengernyitkan alisnya. "Denzel itu orangnya nggak suka diancam, cara ini mungkin nggak akan berhasil."Joyce malah berkata, "Aku rasa ini akan berhasil. Perasaan Pak Denzel terhadap Natalie nggak biasa, dia pasti nggak mau melihat Natalie dihina orang lain dan reputasinya jadi buruk."Setelah merenung sejenak, Darren tetap tidak terpikirkan cara yang lebih baik. Dia pun melambaikan tangannya. "Kamu pulang dulu.""Pak Darren, kalau begitu, aku pamit dulu," kata Joyce sambil bangkit dari sofa dan melangkah ke pintu depan. Begitu berbalik, dia langsung tersenyum dan tatapannya terlihat percaya diri. Dia yakin Darren pasti akan mengikuti rencananya dan keinginan Natalie untuk menikah dengan Denzel akan menjadi mimpi sa

Darren mengernyitkan alisnya dan menatap Denzel dengan marah. "Anak durhaka!"Melihat anak baiknya ternyata berniat menentangnya demi seorang wanita, Darren berpikir dia benar-benar sudah membesarkan seorang anak durhaka yang hebat.Denzel tersenyum dengan santai. "Masa depanmu dan Natalie, mana yang lebih penting. Sekarang, kamu pasti tahu sendiri apa yang boleh dilakukan dan apa yang nggak.""Benar-benar keterlaluan!" teriak Darren. Seumur hidupnya, orang yang membuatnya paling marah ternyata adalah putra kandungnya sendiri. Dia memelototi Denzel dengan marah, lalu melambaikan tangannya dan pergi. Saat pergi, dia bahkan membanting pintunya dengan keras sampai suaranya bergema di ruangan itu.Namun, Denzel malah merasa senang. Setelah perlahan-lahan bangkit dan merapikan lipatan celananya, dia melihat Natalie sudah berdiri di pintu kamar dengan wajah pucat dan ekspresi terkejut. Ekspresi Natalie seperti baru saja mendengar sebuah rahasia besar, yaitu anak haram."Sudah bangun? Lapar?

Di rumah Sakit.Kesadaran Natalie terjebak dalam kekacauan. Dalam keadaan setengah sadar, dia mendengar seseorang berbicara di sampingnya."Pak Denzel, maaf, anaknya nggak terselamatkan. Keguguran kali ini berdampak besar pada tubuh Bu Natalie, mungkin kelak dia akan sulit hamil."Tatapan Denzel terlihat terkejut. "Apa yang kamu katakan? Kenapa bisa begitu parah?"Dokter menghela napas. "Hanya mungkin sulit hamil. Kalau dirawat dengan baik, mungkin masih bisa hamil. Tapi, jangan keguguran untuk yang kedua kalinya. Kalau nggak, dia nggak akan bisa hamil lagi seumur hidupnya."Setelah mengatakan itu, dokter mundur selangkah dan meninggalkan kamar pasien itu.Denzel langsung tertegun seolah-olah terhenti di tempat dan ekspresinya membeku. Setelah beberapa saat, dia baru tersadar kembali. Saat menoleh ke arah wanita di ranjang, tatapannya kebetulan bertemu dengan mata Natalie yang berlinang air mata."Anakku ...."Mendengar kata-kata dokter, Natalie merasa sangat sedih sampai air matanya m