All Chapters of Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin: Chapter 61 - Chapter 70

Kepala Natalie seakan-akan hendak meledak. Giginya tanpa sadar menggigit daging di mulutnya hingga berdarah, tapi dia tidak peduli dengan rasa sakit itu. Suaranya kaku saat bertanya, "Kenapa?""Aku juga nggak tahu pasti, surat sanksinya sudah keluar .... Haih, kamu jangan terlalu sedih ...." Ramley tahu suasana hati Natalie saat ini pasti sangat buruk. Setelah menghiburnya sejenak, dia pun menutup telepon, memberi waktu agar Natalie bisa mencerna semuanya.Freyna dan Summer yang berada di samping mendengar semuanya dengan jelas, ekspresi mereka berbeda. Freyna tampak sangat khawatir. Dia membuka mulut dan memanggil, "Natalie ...."Summer langsung naik pitam dan mengumpat, "Dasar pimpinan berengsek! Mereka itu bajingan, nggak bisa bedain mana benar mana salah, sialan!"Setelah memaki, dia tidak tahan untuk menyalahkan, "Kak, omonganmu memang bawa sial.""Itu bukan salah Freyna. Kalau memang ada yang mau menjatuhkanku, nggak mungkin cuma sebatas menyebar gosip." Ekspresi Natalie terlihat

"Apa syaratnya?" Natalie mengangkat wajah mungilnya dan matanya tampak berbinar."Beberapa waktu lagi aku harus pergi kerja selama seminggu di pemandian air panas di pinggiran kota. Temani aku ke sana."Natalie langsung paham. Kata "temani" itu jelas bukan sekadar menemani secara harfiah. Wajahnya langsung cemberut dan sedikit ragu.Dengan energi pria itu yang begitu besar, entah berapa lama tubuhnya harus istirahat untuk pulih kembali minggu depan. Namun, dia juga tidak berhak untuk menolak, jadi hanya bisa menyetujuinya."Baiklah, aku akan temani kamu."Denzel tersenyum tipis, puas dengan kepatuhan Natalie. Dia mencengkeram dagu Natalie dan menundukkan kepala untuk mengecupnya cukup lama, hingga Natalie terengah-engah dan terpaksa mendorongnya untuk melepaskan diri."Kamu cepat makan dulu." Natalie mendorong sambil terengah.Denzel mengusap bibirnya yang kini memerah, lalu mengangguk ke arah sofa. "Pergi mandi. Jangan lupa, hari ini hari Jumat."Hari jadwal "interaksi mendalam" mingg

"Aku ...." Endo tercekat.Natalie menepis tangannya, lalu berbalik ke arah polisi. "Pak Polisi, saya percaya kalian pasti akan bersikap adil dan memberikan keadilan untuk saya.""Tentu saja. Hukum itu adil. Nggak akan membiarkan satu pun penjahat lolos."Endo pun digiring pergi. Kekacauan hari itu akhirnya benar-benar berakhir.....Sertifikat kelulusan dan ijazah resmi pun sudah di tangan, menandai berakhirnya masa kuliah. Banyak mahasiswa langsung membereskan barang dan meninggalkan kampus hari itu juga.Natalie belum mendapatkan pekerjaan, jadi dia berencana menunggu sampai ada kepastian baru akan menyewa tempat tinggal. Untuk sementara, dia masih akan tinggal beberapa hari di kampus.Sore itu, seperti biasa dia pergi ke apartemen untuk memasak. Dia bahkan menyempatkan diri ke pusat perbelanjaan dan membeli sebuah hadiah.Hari ini Denzel pulang lebih awal. Baru saja Natalie masuk rumah, dia pun menyusul masuk dari belakang.Denzel menarik dasi, lalu membuka dua kancing atas kemejany

Denzel benar-benar tak bisa apa-apa menghadapi Natalie, akhirnya dia mengalah. Setelah membeli baju renang, mereka pun lanjut ke supermarket.Di sinilah wilayah kekuasaan Natalie. Dia membawa Denzel berkeliling dengan semangat dan membeli banyak bahan makanan kesukaannya. Setelah membayar, Denzel menyuruh Natalie menunggu di mobil karena masih ada yang ingin dibeli.Natalie menunggu dengan tenang. Sepuluh menit kemudian, Denzel kembali. Di tangannya ada kantong belanja kecil yang terlihat elegan dan Natalie tidak sengaja mengintip sedikit warna biru dari dalamnya.Natalie bertanya dengan penasaran, "Kamu beli apa?"Ekspresi Denzel tetap datar saat menjawab, "Celana dalam pria. Mau lihat?"Natalie langsung, "Nggak usah, terima kasih."Denzel menganggu, seolah menyetujui, "Memang sih, celana dalam pria nggak ada menariknya. Celana dalammu lebih menarik ... ada bordiran bunga, hewan lucu, sama renda-renda."Pandangan Denzel turun perlahan dan tatapannya penuh makna.Natalie terdiam. Kalau

Mabuk kendaraan ....Kecepatan mobil pun melambat dan akhirnya berhenti di pinggir jalan.Denzel mencondongkan tubuhnya. Wajah tampannya mendekat ke arah Natalie, mata hitamnya menatap tajam. "Senang makan malam tadi?" tanyanya.Natalie membuka mata dan mengangguk tanpa curiga. "Restorannya enak, cuma mahal sekali."Denzel hampir dibuat kesal dengan kepolosannya yang lambat menangkap situasi. Dia mencengkeram dagunya dan sedikit menekan. "Rekomendasi dariku kamu tolak, tapi kalau dari pria lain langsung diterima?"Nada bicaranya terdengar berat, jelas-jelas sedang marah. Natalie akhirnya sadar mengapa dia marah. Pantas saja tadi Denzel mengebut, rupanya karena masalah ini. Dia menatap Denzel dan menggeleng pelan. "Nggak sama.""Apa yang nggak sama? Sama-sama bantuan. Lagi pula, tawaranku jelas lebih baik."Ujung jari Denzel mengusap pipinya yang halus, suaranya yang jernih menyiratkan rayuan. "Walau kamu sudah diterima kerja, kamu tetap harus menjalani masa pelatihan tiga tahun. Kamu t