Pagi itu toko Anak Lipat terasa berbeda.Ria datang lebih awal, bahkan sebelum lampu toko dinyalakan. Ia membawa sekotak jajanan pasar dan menaruhnya di meja kasir, lalu melirik jam dinding yang masih menunjuk pukul tujuh kurang.Bakar muncul dari arah belakang dengan mug kopi di tangan.“Rajin amat hari ini,” ujarnya, nada suaranya setengah masih serak, setengah bercanda.“Lagi pengin aja, Pak. Biar semangat.” Ria tersenyum kecil, tapi cepat menunduk, pura-pura sibuk membuka bungkus kue.Bakar mengangguk, duduk di bangku tinggi dekat jendela. “Aku pikir, kamu masih mager karena aku ‘ceramahin’ soal hujan kemarin.”Ria melirik, lalu terkekeh, “Aku malah jadi mikir, Pak. Kadang, kita emang butuh alasan buat berhenti lari, ya?”“Hmm,” Bakar menatapnya, “dan kalau udah berhenti, tinggal nentuin mau duduk sama siapa.”Ria spontan menatapnya lama. “Pak Bakar … menggodaku, ya?”Bakar menaikkan alis. “Tergantung kamu dengernya sebagai apa.”Ria mendengus, menahan senyum. “Kalau gini terus, a
Last Updated : 2025-10-19 Read more