Winda menyambung keinginan putranya. Ada harapan tersemat untuk Qale. Gadis ini, begitu rendah hati dan tangguh. Ada semangat dalam diri Qale, selain pintar dan kreatif. Winda hanya berharap keluarganya memiliki banyak penerus yang memiliki jiwa seperti Qalesya.Wafa satu-satunya harapan, putranya sulit dimengerti tapi justru dari Qale lah, dari Rahayu, Wafa banyak belajar mengerti dan mendengar."Gimana, Sayang?" tanya Winda lagi, "mau, kan?" Hening. Semua perhatian tertuju pada Qalesya yang menunduk."Butuh waktu?" sambung Hasan, ikut bicara. Ruang rawat masih sunyi. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar. Qale duduk bersandar di bantal, wajahnya masih pucat, tapi matanya jernih.Perlahan, kepala yang menunduk itu terangkat. Melihat sang ayah dan mertuanya, lalu beralih ke Wafa.Di hadapannya, Wafa menatap penuh harap, sementara Winda dan Hasan berada di sisi lain, ikut menyimak percakapan yang terasa berat.“Aku … ragu, Kak.” suara Qale parau. Ia menunduk lagi, jemari salin
Last Updated : 2025-09-17 Read more