Tatapan Lea menusuk seperti belati. Bibirnya melengkung sinis, kata-katanya meluncur tanpa ampun.“Tukang pamer! Kamu nggak pantas hamil.”Winda terperangah, tak percaya anak yang dibanggakan besannya bisa mengucap doa keburukan seperti itu.“Lea!” suaranya tegas, penuh kekecewaan. “Apa pantas seorang kakak berkata begitu pada adik sendiri? Kamu bukan Tuhan." Winda menunjuk wajah Lea.Qale diam, kedua tangannya bertaut di atas meja. Wafa menepuk pahanya pelan, matanya redup menahan amarah. Winda lalu beralih berdiri di belakang Qale.“Jangan dengar kata-katanya, Nak,” bisik Winda menenangkan.Tatapan penuh kasih itu membuat hati Qale sedikit luluh. Untuk pertama kalinya, ia merasa Winda benar-benar seperti sang mama, membelanya."Apa kabarmu, Kak?" tanya Qale lembut, seperti biasanya."Basa basi, mau apa ke sini?" sambar Lea, masih arogan. "Cuma jenguk, syukur kalau sehat. Jaga diri, jangan sampe panen di sini, nggak ada ayah yang belain," kata Qale berdiri. Walau bagaimanapun, dia
Last Updated : 2025-08-22 Read more