Keesokan paginya, Alya melangkah masuk ke gerbang sekolah dengan energi yang sama sekali berbeda. Ia bukan lagi hanya seorang ibu yang mengantar anaknya. Ia adalah seorang jenderal yang sedang memasuki medan perangnya. Tujuannya hari ini jelas: merebut panggung sosial yang selama ini dikuasai oleh Sandra dan Liana.Ia sengaja datang sedikit lebih awal. Ia menemukan Ibu Wati, ibu netral yang tempo hari menawarinya dukungan, sedang berdiri sendirian di dekat lobi. Ini adalah kesempatannya.“Pagi, Bu Wati,” sapa Alya dengan senyumnya yang paling tulus dan hangat.“Eh, pagi, Bu Alya,” jawab Ibu Wati, tampak senang disapa.“Saya tidak mau mengganggu, Bu,” Alya memulai, nadanya rendah hati. “Saya hanya mau mengucapkan terima kasih sekali lagi atas dukungan Ibu di rapat komite tempo hari. Itu sangat berarti bagi saya.”Pujian tulus itu membuat Ibu Wati tersipu. “Sama-sama, Bu Alya. Sudah seharusnya kita mendukung ide yang baik.”“Sejujurnya,” lanjut Alya, “sa
Last Updated : 2025-10-02 Read more