Pengakuan Arka yang canggung malam sebelumnya—“Saya terlalu menuntut”—memiliki efek yang lebih besar dari yang Alya duga. Kata-kata itu, meski bukan sebuah permintaan maaf yang gamblang, terasa seperti hujan yang turun di hatinya yang kering. Malam itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari, Alya bisa tidur dengan nyenyak.Keesokan paginya, ia turun ke ruang makan dengan perasaan yang jauh lebih ringan. Dinding es yang ia bangun di sekelilingnya telah mencair. Ia melihat Arka sudah duduk di sana, seperti biasa dengan tabletnya.“Pagi, Pak,” sapa Alya, kali ini dengan senyum kecil yang tulus.Arka mendongak dari tabletnya, dan untuk sesaat, Alya bisa melihat kilatan lega di matanya yang biasanya dingin. “Pagi,” balasnya. “Tidurmu nyenyak?”“Nyenyak, Pak. Terima kasih.” Alya duduk dan mulai menyantap sarapannya. Keheningan di antara mereka tidak lagi terasa berat. Alya bahkan memberanikan diri memulai obrolan ringan. “Pagi ini cerah ya, Pak. Sayang kalau cuma di kantor.”Arka meliri
Terakhir Diperbarui : 2025-07-13 Baca selengkapnya