Keheningan di ruang keluarga itu terasa begitu pekat hingga Alya bisa mendengar detak jantungnya sendiri yang menggema di telinga. Ia membeku di tempat, tangannya masih mencengkeram kerah blazer Arka, wajahnya memerah padam karena malu yang luar biasa. Tertangkap basah. Tidak ada alibi, tidak ada jalan keluar.Arka berjalan mendekat, langkahnya pelan dan penuh selidik. Ia berhenti tepat di hadapan Alya, matanya yang tajam menatap lurus ke mata Alya yang panik, lalu turun ke blazer miliknya yang ada di genggaman gadis itu. Wajahnya menunjukkan kebingungan yang murni.“Alya,” ulangnya, kali ini suaranya lebih lembut, lebih seperti sebuah pertanyaan daripada tuduhan. “Aku tanya sekali lagi. Apa yang sedang kamu lakukan?”Alya melepaskan blazer itu seketika, seolah benda itu baru saja menyetrumnya. Ia menundukkan kepalanya dalam-dalam, tidak sanggup menatap wajah Arka. Ia harus mengatakan sesuatu. Kebohongan apa pun. Ada debu, Pak. Saya kira ada serangga. Tapi semua alasan itu terdengar b
Last Updated : 2025-07-18 Read more