Pagi itu, langit begitu tenang setelah semalam hujan. Aroma tanah basah masih samar tercium dari taman belakang, dan suara burung gereja terdengar seperti irama lembut yang menenangkan hati.Sekar berdiri di depan tangga kayu menuju loteng, tangannya menggenggam pagar dengan hati-hati. Perutnya yang membulat tujuh bulan membuat langkahnya sedikit lambat, tapi sorot matanya penuh tekad.“Tenang, Nak…” gumamnya pelan sambil mengelus perutnya. “Kita cuma mau pamit sebentar, bukan kerja keras kok.”Ia menarik napas dalam, menatap ke atas. Di sanalah — loteng kecil penuh kenangan, tempat semua “keajaiban rahasia” dimulai.Tempat di mana ia dulu menyalakan mikrofon tua milik almarhum kakeknya, menyiarkan kisah, curahan hati, dan pelajaran hidup lewat
Última actualización : 2025-10-15 Leer más