Alana masuk ke penthouse dengan langkah gontai. Pikirannya penuh dengan serpihan kata-kata Riana tentang Dina. Sesuatu yang tak pernah ia bayangkan kini menggantung di kepalanya, menekan dadanya. Ia ingin menepis semuanya, tetapi potongan-potongan kejadian yang pernah ia abaikan kini justru saling menyambung, membentuk pola yang menakutkan. Nafasnya terasa berat. Masalah yang satu belum selesai, kini sudah berdiri masalah lain di depan pintu.Alana berdiri di ambang pintu ruang kerja. Dari dalam, terdengar suara Brian yang tegang, dingin, namun berusaha tetap terukur.“Tidak, dengarkan aku dulu,” suara Brian meninggi sedikit, lalu cepat ditekan kembali. “Kerugian memang ada, aku tahu, tapi ini bukan kehancuran permanen. Saham bisa pulih kalau kita….”Ia terhenti, tampak lawan bicaranya memotong dengan suara keras dari seberang. Alana bisa mendengar nada marah samar-samar dari telepon, meski tidak jelas kata-katanya.“Ya, aku paham!” Brian mendesah, berdiri dari kursinya dan berjalan k
Last Updated : 2025-08-16 Read more