Dina duduk membeku di ujung meja makan, punggungnya tegak namun wajahnya tampak kehilangan semua warna. Matanya kosong, bibirnya sedikit terbuka seolah ingin berkata sesuatu, tapi tidak ada suara yang keluar. Napasnya pendek-pendek, seperti orang yang baru saja tersedak kenyataan.Alana menatapnya tanpa tersenyum. Ia tidak merasa bahagia. Ini bukan kemenangan yang manis. Rasanya dingin, tajam, dan sunyi, seperti angin malam yang masuk melalui jendela yang terbuka terlalu lama. Tapi rasa dingin itu menegaskan satu hal: permainan telah berubah. Untuk pertama kalinya, Dina kehabisan naskah.Di sisi meja, Irine melirik Silvano. Tatapan itu mengandung banyak hal yang tak terucap, dan satu kesimpulan yang tak bisa dihindari: mereka melihat sesuatu yang retak di wajah putri bungsu mereka. Mungkin mereka tidak tahu seluruh ceritanya, mungkin mereka akan menyangkalnya nanti, tapi malam ini, di meja makan mereka sendiri, mereka menyaksikan bayangan niat yang tidak tulus.Silvano berdehem, suara
Last Updated : 2025-08-08 Read more