Raka tidak menghampiri putrinya untuk menyapa, melainkan langsung pergi. Sepertinya, kekasih di hatinya sudah menempati posisi yang lebih penting daripada putrinya.Beberapa menit kemudian, Lambert datang. Dia tampak sedikit menyesal. "Maaf, tadi macet."Brielle tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, mereka berdua juga bermain dengan sangat gembira.""Raka nggak datang?""Dia ada urusan, jadi sudah pergi duluan," jawab Brielle.Lambert menatapnya sejenak dan di matanya terselip kilasan rasa iba.Pukul 5.30 sore, Brielle menjemput putrinya pulang. Putrinya bertanya, "Papa ke mana?"Brielle menggenggam tangan putrinya. "Anya, Mama mau tanya sesuatu, boleh?"Melihat wajah ibunya yang serius, Anya juga mendengarkan dengan sungguh-sungguh. "Mama, tanya saja."Brielle mencoba bertanya dengan hati-hati, "Kalau suatu hari nanti, Mama dan Papa harus hidup terpisah, kamu ingin tinggal sama Papa atau sama Mama?"Pertanyaan itu diucapkan dengan pelan, tetapi Brielle sungguh menantikan jawabannya.Anya t
Baca selengkapnya